
Sekitar pukul 17.00 WIB, 24 September 2019, Direktur Eksekutif Yayasan PRCF Indonesia, Immanul Huda dan tim berangkat menuju Putussibau Kapuas Hulu. Ia didampingi Rio, Azril, dan Yadi. Keempatnya melakukan perjalanan “ekstrem” lewat darat menggunakan mini bus.
Kenapa ekstrem? Karena jarak yang ditempuh luar biasa jauh. Lihat di peta jaraknya 510 kilometer. Kalau baca dari blog yang sudah pernah ke sana, ada bilang 800-an kilometer. Ada juga 700-an kilometer. Dengan lama tempuh, ada bilang 16 jam, 14 jam. Seandainya 16 jam, bila Immanul Huda cs berangkat pukul 17.00, diperkirakan tiba di Putussibau pukul 08.00 pagi. Wow, perjalanan yang sudah pasti melelahkan. Mana malam hari lagi.
Butuh fisik prima untuk melakukan perjalanan ekstrem tersebut. Awalnya saya juga diajak. Namun, karena ada kesibukkan yang tidak bisa ditinggal, saya memilih lain waktu saja. Walau demikian, saya hanya bisa mendoakan agar Pak Im (sapaannya) dan kawan-kawan selamat sampai tujuan.
Apa sih tujuan Pak Im cs ke sana? Ada kegiatan penting yang digelar di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir. Jadi, perjalanan mereka tidak hanya ke Putussibau, tapi juga ke Nanga Lauk menggunakan jalur sungai. Ada sosialisasi Sustainable Commodities Conservation Mecanism (SCCM) atau mekanisme pembiayaan inovatif untuk perlindungan dan restorasi hutan.
Dijelaskan Pak Im-sapaan akrabnya- sosialisasi yang akan dilakukan terkait program SCCM. Sebuah program mekanisme pembiayaan inovatif untuk perlindungan dan restorasi hutan. Mekanisme pembiayaan baru untuk mendorong konservasi jangka panjang melalui pasar komoditas global.
“Mekanisme inilah yang akan kita jelaskan secara detail ke masyarakat Desa Nanga Lauk. Selain sosialiasi SCCM, kita juga menyampaikan rencana kegiatan dan skema pembiayaan program kerjasama antara LPHD-PRCF-SCCM. Dimulai periode September sampai Agustus 2020,” tambah Pak Im.
Dalam sosialisasi itu nanti menjelaskan peranan dan tanggung jawab masing masing pihak. Terutama tugas tanggung jawab dari Lembaga Pemberdayaan Hutan Desa (LPHD), PRCF, dan inisiatof program SCCM tersebut. “Harus semua tangung jawab masing-masing pihak agar di lapangan berjalan lancar,” harapnya.
Usai melakukan sosialisasi ke masyarakat, pihaknya juga akan menjelaskan program tersebut ke Camat Embaloh Hilir. Selebihnya, PRCF akan melakukan evaluasi usai sosialisasi. Evaluasi ini penting untuk melihat apa saja potensi yang akan digunakan. Termasuk juga, apa saja kelemahan yang perlu diantisipasi.
Dalam rundown rencana kegiatan yang sudah disusun, 24 September perjalanan dari Pontianak ke Putussibau. Pada 25 September, sebelum berangkat menuju Desa Nanga Lauk, mereka terlebih dahulu melakukan diskusi dengan PT. Kirana di Putussibau. Pada tanggal sama, siang harinya Pak Im dan tim berangkat menuju Nanga Lauk. Malam harinya, barulah mereka melakukan sosialisasi dengan warga. Esoknya, 26 September sosalisasi dengan pihak kecamatan. Esoknya pada 27 September, mereka kembali ke Putussibau. Pada 28 September pulang ke Pontianak. (ros)