Hutan adalah anugrah Tuhan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia, yang paling umum dikenal manusia adalah bahwa hutan menghasilkan oksigen untuk pernapasan manusia. Sebagian orang hanya memandang hutan sebagai sumber uang dalam bentuk kayu. Namun bagi masyarakat sekitar hutan, hutan adalah kehidupan. Air bersih, makanan, bahan bangunan rumah, bahkan pakaian yang merupakan kebutuhan primer manusia bisa disediakan oleh hutan.
Kapuas Hulu dengan luasan hutan masih relatif besar adalah satu contoh dimana sebagian besar masyarakatnya masih sangat tergantung dengan keberadaan hutan. Salah satu ketergantungan tersebut berhubungan dengan penyediaan makanan oleh hutan. Sementara makanan instant yang kurang ramah kesehatan sangat gencar dipromosikan hingga ke pelosok tanah air bahkan di desa-desa terpencil, sumber makanan dari hutan adalah pilihan terbaik untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi masysarakat sekitar hutan. Makanan dari hutan memiliki cita rasa yang khas dan baik untuk kesehatan. Selain karena berasal dari bahan alami dengan pengolahan yang minimum, sebagian jenis makanan dari hutan juga diketahui berkhasiat untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Bagian terbaik dari makanan dari hutan adalah, masyarakat tidak perlu membayar untuk mendapatkannya.
Berbagai kelebihan dari makan hutan tersebut, dipandang perlu untuk mendorong masyarakat merasa bangga akan makanan dari hutan yang lebih sehat. Dan hal ini sejalan dengan sebuah gerakan dunia yang belakangan ini semakin besar untuk mengkampanyekan makanan slow food sebagai kebalikan dari fast food tersebut. Dengan latar belakang, beberapa lembaga swadaya masyarakat yang beraktifitas di Kapuas Hulu melaksanakan kegiatan Festival Makanan Tradisional dan Desa Hijau di Lanjak, Kecamatan Batang Lupar. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi bagian upaya promosi dan berbagi pengetahuan dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan berbasis kearifan tradisi di desa-desa di Kabupaten Kapuas Hulu serta memperkenalkan makanan tradisional khas Kabupaten Kapuas Hulu.
Konsorsium Aliansi Organis Indonesia menjadi salah satu peserta dalam kegiatan tersebut. Rombongan konsorsium yang berangkat ke Lanjak terdiri dari masyarakat Desa Nanga Yen sebanyak 27 orang, sedangkan Desa Sriwangi mengirimkan utusan sebanyak 6 orang. Persiapan juga dilakukan di lokasi diadakannya festival makanan dengan kegiatan pembuatan dekorasi stand pameran yang dilakukan oleh tim bambu dari Koperasi Bangi Betuah desa Sriwangi. Tim bambu berangkat dari Desa Sriwangi pada pagi hari tanggal 7 Desember 2016.
Sampai di Lanjak sekitar pukul empat sore, tim langsung mulai merangkai bambu sebagai dekorasi utama stand pameran untuk Konsorsium AOI. Kegiatan pemasangan dekorasi selesai pada tanggal 8 Desember 2016 dini hari.
Kronologi keikutsertaan konsorsium dapat di narasikan sebagai berikut.
8 Desember 2016
Rombongan masyarakat desa Nanga Yen berangkat dari Desa Nanga Yen pada pukul 06.00 WIB dan sampai di Lanjak sekitar pukul empat sore. Rombongan Konsorsium AOI (Fasilitator Tengkawang) berangkat sekitar pukul 14.00 dari Putussibau dan sampai di Lanjak pukul 18.00. Rombongan Desa Nanga Yen menginap di rumah yang sebelumnya sudah disiapkan untuk di sewa selama kegiatan berlangsung di Lanjak, sedangkan rombongan Konsorsium menginap di penginapan di dekat pasar Lanjak.
Pukul 20.00, Fasilitator Tengkawang (Janiarto dan Aloy) dan Fasilitator Bambu (Prasetyo dan Galih), CO Desa Nanga Yen (Hendra WW) serta beberapa anggota romobongan Nanga Yen dan Sriwangi bersama-sama melakukan finisihing dekorasi stand dengan barang-barang yang dibawa dari desa. Setelah selesai dengan dekorasi stand, semua anggota rombongan beristirahat di penginapan masing-masing.
9 Desember 2016
Rangkaian kegiatan festival resmi dibuka pada pukul 10.30 oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu dan dilanjutkan dengan ramah tamah antara para undangan dan peserta festival hingga makan siang di kediaman camat Batang Lupar. Setelah makan siang, rangkaian acara dilanjutkan dengan lomba masakan tradisional yang diikuti oleh enam kelompok peserta. Salah satu satu dari enam kelompok tersebut adalah kelompok dari Desa Nanga Yen dengan jumlah anggota tim sebanyak enam orang. Tim lomba masak dari Nanga Yen menyajikan masakan tradisional berbahan dasar rebung bambu, ikan, dan jamur mata pelanduk dan minuman sirup rosela. Perlombaan berlangsung hingga pukul 15.00 sore dan diakhiri dengan penilaian dari juri hingga pukul 17.00. Para pemenang diumumkan pukul 18.00 selepas waktu maghrib. Tim lomba masak Nanga Yen berhasil meraih juara pertama untuk kategori minuman tradisional.
Bersamaan dengan lomba memasak yang dilaksanakan di luar gedung olah raga kantor kecamatan, beberapa ibu-ibu desa Nanga Yen memeragakan kegiatan menganyam bambu untuk membuat dinding bambu (gedek). Kegiatan menganyam ini diperagakan untuk menunjukkan aktifitas tradisional pemanfaatan hasil hutan bukan kayu berupa bambu yang sampai saat ini masih berlangsung di Desa Nanga Yen.
Malam hari, pukul 20.00, rangkaian acara festival dilanjutkan dengan lomba tarian tradisional yang diikuti enam tim tari yang terdiri dari sanggar-sanggar tari yang terdapat di kecamatan Batang Lupar, ditambah satu tim dari dari Desa Nanga Yen kecamatan Hulu Gurung. Tim tari dari Hulu Gurung menyajikan tarian melayu lengkap dengan musik penggiring dari Majelis Adat Budaya Melayu desa Nanga Yen. Lomba tarian tradisional selesai pada pukul 21.30 WIB.
10 Desember 2016
Agenda kegiatan pagi 10 Desember 2016 berfokus pada stand-stand pameran, peragaan penganyaman bambu masih berlangsung di stand Konsorsium AOI sementara tim yang mengikuti lomba masak hari sebelumnya menyiapkan kue brownies dengan bahan dasar tepung umbi keribang (ungu) dan menggunakan lemak tengkawang yang merupakan salah satu produk andalan yang dikembangkan oleh Koperasi Unyap Bina Usaha. Kue yang telah jadi menjadi salah satu produk yang dipamerkan di stand Konsorsium AOI.
Dekorasi stand Konsorsium AOI dengan bambu menjadikannnya unik dan berbeda dengan stand yang lain. Keunikan dari stand ini mengundang ketertarikan para pengunjung festival untuk melihat dan bertanya seputar pengembangan bambu di desa Sriwangi. Produk hasil pelatihan pertanian organik yang dibuat oleh masyarakat desa Nanga Yen juga menarik perhatian para pengunjung stand, karena pertanian organik di Kapuas Hulu merupakan hal yang masih baru, bahkan asing.
Siang selepas makan siang, dilaksanakan kegiatan lomba sumpit, rombongan dari desa Nanga Yen mengikuti sumpit untuk kategori Dewasa. Perlombaan sumpi terdiri dari beberapa kategori lomba, yaitu kategori siswa sekolah dasar, siswa smp, dan kategori umum. Perlombaan ini berlangsung hingga sore hari.
Malam hari pukul 20.00 WIB, alunan musik tradisional Sape menghibur para peserta dan pengunjung festival. Permainan musik sape tersebut di persembahkan oleh Dominikus Ayub, yang merupakan salah satu praktisi seni budaya tradisional Dayak di Kapuas Persembahan musik sapek ini kemudian diperkaya dengan persembahan tari tradisional yang dari beberapa desa yang menjadi peserta festival. Rangkaian persembahan ini kembali memperkenalkan budaya seni tradisional kepada seluruh hadirin festival pada malam persembahan seni budaya tersebut.
11 Desember 2016
Hari ketiga festival, stand pameran masih ramai oleh pengunjung, bahkan ada beberapa pengunjung yang datang dari Malaysia untuk melihat apa yang dipamerkan dalam festival tradisional di Lanjak. Sebagian peserta festival diundang oleh Yayasan Riak Bumi untuk mengunjungi Pulau Melayu yang terletak di dalam kawasan Danau Sentarum, sebagian anggota rombongan dari Konsorsium AOI ikut serta dalam kunjungan ini. Rombongan menggunakan kapal bandong milik yayasan Riak Bumi, berangkat pukul 09.45 WIB dan kembali lagi ke dermaga Lanjak pukul 14.00 WIB. Hingga malam hari, stand-stand pameran tetap ramai oleh pengunjung meskipun tidak ada atraksi lain yang disuguhkan di panggung.
12 Desember 2016
Seluruh rombongan dari desa dampingan Konsorsium AOI pulang kembali ke desa masing-masing pada pagi hari. Pengunjung festival yang singgah di stand Konsorsium AOI mendapatkan penjelasan tentang produk pertanian organik dan pengembangan bambu dari staff konsorsium yang masih tinggal. Stand tetap ramai dikunjungi hingga penutupan festival. Festival ditutup dengan suguhan tarian dari para pemenang lomba tari dan beberapa sanggar tari binaan kantor kementrian Pariwisata dan Budaya Kabupaten Kapuas Hulu.
Seluruh rangkaian festival kemudian ditutup oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu. Setelah festival resmi ditutup, rombongan konsorsium AOI kembali ke Putussibau.
Oleh: Janiarto Paradise Pawa