Program tetap berjalan di tengah pandemi Covid 19. Itulah yang terjadi dengan program PRCF Indonesia. Cuma, berjalannya tidak sama pada masa normal. Aktivitas konservasi di Desa Nanga Lauk  tetap berjalan.

“Saya baru saja turun ke Nanga Lauk. Kurang lebih tiga bulan saya dan kawan-kawan tidak ke sana. Selama di sana, program konservasi tetap berjalan. Cuma, tidaklah seperti di masa normal,” kata Direktur Eksekutif PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut di Hotel Orchard Pontianak, Rabu (24/6/2020).

Imanul mengaku, selama masa Covid 19 program tetap berjalan, namun tidaklah seperti di masa normal. Upaya pendampingan terus dilakukan walau via handphone. LPHD Lauk Bersatu sebagai mitra kerja tetap menjalankan tugasnya.

“Begitu berada di sana, kita langsung melakukan koordinasi dengan LPHD. Tidak hanya itu, juga melakukan koordinasi dengan KPH, Kecamatan Embaloh Hilir, Polsek dan Danramil. Semua ini kita lakukan agar program konservasi di Nanga Lauk didukung oleh semua pihak,” jelas alumni Fakultas Kehutanan Untan ini.

Beberapa kegiatan selama di Nanga Lauk, mendampingi LPHD Lauk Bersatu menyerahkan bantuan berupa sembako untuk warga yang terdampak covid 19. Seluruh kelapa keluarga mendapatkan bantuan yang berasal dari dana konservasi dan kompensasi karbon. Semua bantuan sudah disalurkan.

Tancap Gas

Setelah mendampingi penyerahan bantuan sembako yang dilakukan LPHD Lauk Bersatu, personel PRCF langsung melakukan pertemuan dengan LPHD terkait program konservasi. Tidak hanya Imanul Huda yang turun, Rio Afiat sebagai Manajer Program juga ikut turun. Yadi Purwanto sebagai Specialist Program Conservation dan Azri Ahmad Specialist Program Livelihood juga ikut turun. Tidak ketinggal Iwan Subardi, Sekretaris PRCF juga ikut mendampingi.

“Kita langsung tancap gas. Maklum selama tidak bisa turun ke Nanga Lauk, beberapa kegiatan dipending. Makanya, begitu kita di sana, kita langsung tancap gas. Patroli hutan langsung dijalankan. Pendampingan KUPS juga dijalankan,” papar Imanul.

LPHD Lauk Bersatu sudah membentuk lima Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). Ada KUPS Madu, KUPS Ikan, KUPS Karet, KUPS Rotan, dan KUPS Ekowisata. Di antara KUPS ada berjalan sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Namun, ada juga yang masih perlu pembinaan intensif.

“Upaya pemdampingan dan pembinaan terus kita lakukan. Dalam perjalanannya memang banyak hal yang tidak sesuai harapan, namun pendampingan tidak boleh berhenti. Kita yakin, KUPS yang sudah dibentuk bisa memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan warga Nanga Lauk,” harap Imanul. (ros)