Immanul Huda sedang melakukan konsolidasi bersama LPHD Nanga Lauk di kediaman Hamdi, Ketua LPHD Nanga Lauk
Nanga Lauk (PRCF) – Yayasan PRCF Indonesia terus bergerak. Jelang sosialisasi program Sustainable Commodities Conservation Mecanism (SCCM) atau mekanisme pembiayaan inovatif untuk perlindungan dan restorasi hutan, PRCF melakukan konsolidasi dengan Lembaga Pemberdayaan Hutan Desa (LPHD) Nanga Lauk. Sosialisasi SCCM digelardi Gedung Serba Guna Desa Nanga Lauk, Jumat (27/9/2019).
Pada 25 September 2019, Immanul Huda S Hut M Hut, Direktur Eksekutif Yayasan PRCF beserta timnya menggelar konsolidasi dengan LPHD di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kapuas Hulu. Di hadapan anggota LPHD, Immanul menjelaskan tentang program pengembangan potensi hutan desa melalui SCCM.

“Dimulai dari tahun 2016 dengan mengusulkan hak pengelolaan hutan desa ke KLHK. Keluar HPHD pada Februari 2017 berlaku untuk 35 tahun. Pengembangan potensi hutan desa pada awal program didukung oleh KLHK melalui program kerja sama KLHK -ADB. Saat ini PRCF sebagai pendamping LPHD sedang menjalankan program pengembangan hutan desa di dukung oleh pihak ke tiga yaitu SCCM untuk program jangka panjang selama 25 tahun,” jelas Immanul saat sosialisasi di rumah kediaman Ketua LPHD Nanga Lauk, Hamdi.
Dari hal tersebut, PRCF Indonesia mendukung penguatan kelembagaan LPHD, pengembangan usaha berbasis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), dan pengamanan hutan berupa patroli dan rehabilitasi. “Penguatan LPHD, pengembangan HHBK, patroli dan rehabilitasi adalah fokus kita di Nanga Lauk,” papar Pak Im – sapaan akrabnya.
“Saya berharap, pada saat sosialisasi nanti, masyarakat lebih paham terkait program yang akan diterapkan. Kalau masyarakat sudah paham, tentu akan mudah dalam menerapkan program yang sudah direncanakan,” harap Pak Im.
Sementara dari masyarakat Nanga Lauk yang tergabung dalam LPHD mendukung setiap program PRCF. Program yang telah dirancang maupun yang sudah dilaksanakan sangat membantu masyarakat Nanga Lauk. Masyarakat berharap terus mendapatkan pendampingan.
Acara konsolidasi berlangsung malam hari. Suasananya sangat sangat santai tapi serius. Peserta sosialisasi cukup duduk di lantai. Tak menggunakan kursi. Begitulah umumnya sosialisasi di desa yang memang jauh dari keramaian kota.
Kehadiran PRCF di Desa Nanga Lauk memperkuat semangat konservasi. Masyarakat Desa Nanga Lauk bergantung hidup dari hasil alam. Ada tiga komoditas andalan, yakni madu, ikan, dan karet. Khusus madu dan ikan sangat tergantung dari kondisi hutan terutama di daerah aliran sungai. Kehadiran PRCF di desa tersebut ingin memberikan kesadaran akan pentingnya menjaga alam terutama di daerah aliran sungai. Harapannya, segala hasil dari alam tetap menjadi sumber pendapatan masyarakat. (ros)