Buah tengkawang yang jatuh dari pohonnya adalah salah satu peristiwa yang menarik yang bisa anda saksikan di rimbunnya hutan hujan tropis Kalimantan. Tumbuhan yang menjadi kebanggaan masyarakat Kalimantan Barat ini, memiliki buah yang dilengkapi sayap. Sayap tersebut memungkinkan buah tengkawang untuk terbang menjauh dari pohon induknya.
Tengkawang adalah sebutan masyarakat lokal Kalimantan untuk tumbuhan yang secara ilmiah dinamakan Shorea sp, termasuk dalam keluarga tumbuhan Dipterocarpaceae. Ciri utama dari famili ini adalah adanya sayap pada buah yang berfungsi sebagai alat penyebaran benih.
Buah Tengkawang mengandung lemak tengkawang, secara tradisional minyak Tengkawang digunakan untuk memasak, penyedap masakan dan untuk ramuan obat- obatan. Dalam dunia industri, minyak tengkawang digunakan sebagai bahan pengganti lemak coklat, bahan farmasi dan kosmetika. Pada masa lalu tengkawang juga dipakai dalam pembuatan lilin, sabun, margarin, pelumas dan sebagainya. Minyak tengkawang juga dikenal sebagai green butter. Manfaatnya dalam dunia industri menjadikan lemak tengkawang bernilai tinggi.
Sayangnya, nilai minyak tengkawang yang tinggi dipasaran tidak didukung produksi yang berkelanjutan. Pohon tengkawang di Kalimantan berbuah setidaknya setiap tiga tahun, kecuali di beberapa lokasi yang bisa berbuah setiap tahun. Selain waktu berbuah yang lama, cara pengolahan yang masih tradisional kurang efektif untuk mengekstrak lemak buah tengkawang.
PRCF Indonesia sebagai lembaga yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat sekitar hutan menyadari potensi dan permasalahan komoditas tengkawang yang sebenarnya melimpah di Kalimantan Barat. Sejalan dengan program perhutanan sosial yang sedang digalakkan oleh pemerintah, PRCF Indonesia sejak tahun 2012 mengembangkan lemak tengkawang sebagai produk hasil hutan bukan kayu. Program pengembangan lemak tengkawang oleh PRCF Indonesia terutama dilakukan di Desa Nanga Yen dan Desa Ensaid Panjang, pendampingan singkat juga pernah dilakukan di Desa Sahan Kabupaten Bengkayang.
Saat ini PRCF Indonesia telah selesai mendampingi Desa Nanga Yen dalam pembentukan koperasi masyarakat desa yang dinamai sebagai Koperasi Unyap Bina Usaha. Koperasi ini diharapkan dapat menjadi aktor utama dalam pengembangan usaha produksi lemak tengkawang dari kawasan hutan di Desa Nanga Yen dan sekitarnya dan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengelola sumber daya alam dari wilayah desa mereka.
Dalam implementasi program pengembangan tengkawang, musim buah tengkawang yang tidak tentu waktunya menjadi kendala utama . Upaya untuk mengembangkan teknik pengolahan yang lebih efisien menjadi lebih lambat karena tidak stok buah tengkawang yang tidak tersedia. Permintaan pasar yang membutuhkan stok yang berkesinambungan juga sulit untu dipenuhi. M. Syamsuri, dalam “Focus Group Discussion Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Tengkawang Melalui Inisiasi Pembentukan Jaringan Tengkawang Kalimantan,” mengungkapkan bahwa ada tengkawang yang berbuah setiap tahun. Area tersebut terdapat di Desa Sahan Kabupaten Bengkayang dan Desa Sungai Buaya Kabupaten Sintang.
Informasi mengenai tengkawang yang berbuah setiap tahun diatas menerbitkan harapan bagi para pihak untuk mengembangkan produk tengkawang untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian hutan. Kedepannya, dibutuhkan penelitian-penelitian tentang bagaimana tangkawang di Desa Sahan dan Desa Sungai Buaya bisa berbuah setiap tahun. Harapan dari hasil penelitian tersebut adalah adanya metode yang bisa digunakan untuk menstimulasi tengkawang didaerah lainnya bisa dipanen buahnya setiap tahun.
Pendampingan dalam pengolahan tengkawang pascapanen juga penting untuk dilaksanakan agar tengkawang dari masyarakat bisa memiliki harga yang relatif lebih tinggi dan mampu untuk meningkatkan pendapatkan masyarakat. Bersama dengan kesejahteraan masyarakat yang meningkat, alam dan hutan tetap lestari untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Oleh: Janiarto