Pontianak (PRCF) – Komitmen dalam konservasi hutan dan pemberdayaan untuk PRCF Indonesia, tidak bisa diragukan. Komitmen tersebut diungkapkan PRCF di hadapan lembaga donor Cargill dan Lestari Capital. Bahkan, di hadapan media massa dan media online ternama juga.
“Yayasan PRCF Indonesia memiliki komitmen kuat dalam membangun program konservasi hutan. Selain itu juga memberdayakan masyarakat yang bergantung pada hutan. Sejak 20 tahun silam, kita sudah berupaya mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pengelolaan hutan yang lestari. Dengan harapan akan memberi manfaat langsung bagi masyarakat secara berkelanjutan,” kata Direktur Eksekutif PTCF Indonesia, Imanul Huda ST M Hut di Penang Bistro Pakubuwono Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Komitmen PRCF Indonesia tersebut tertuang dalam acara Proyek 25 Tahun Perlindungan dan Restorasi Hutan Desa Nanga Lauk, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Cargil sebagai perusahaan berkomitmen mendukung pembiayaan jangka panjang dalam upaya konservasi di hutan desa Nanga Lauk. Sementara Lestari Capital adalah pihak yang mengembangkan skema pembiayaan konservasi dan mempertemukan antarpihak Cargil dan proyek konservasi di hutan desa Nanga Lauk.
Imanul melanjutkan, program konservasi dan pemberdayaan masyarakat diterapkan di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Program tersebut dinamakan Community Based Forest Management (CBFM) atau Perhutanan Sosial sebagai pendekatan program utama. Skema pengelolaan hutan oleh masyarakat yang difasilitasi adalah skema hutan desa. Desa Nanga lauk telah mendapatkan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 685 tahun 2017 seluas 1.430 ha.
Paska mendapatkan hak kelola, hampir semua Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) menghadapi kendala utama, yaitu pembiayaan untuk melaksanakan kegiatan. Begitu pula LPHD Lauk Bersatu, Desa Nanga Lauk. Dalam rencana kelolanya, LPHD akan memperkuat kelembagaan organisasi itu sendiri.
“Melakukan konservasi hutan dan keanekaragaman hayati melaui patroli dan rehabilitasi hutan. Kemudian, penyadartahuan masyarakat tentan konservasi hutan. Terakhir bagaimana LPHD dapat mengembangkan potensi hutan dan hasil hutan yang ada,” papar Imanul.
Imanul melanjutkan, kebutuhan atas pembiayaan jangka panjang terhadap pengelolaan hutan desa di Desa Nanga Lauk akhirnya dapat terpenuhi. Lestari Capital telah mengembangan Mekanisme Konservasi Komoditas Berkalanjutan (SCCM). SCCM adalah mekanisme keuangan konservasi yang membantu perusahaan pengelola komoditas tertentu untuk memenuhi persyaratan keberlanjutan sebagai anggota RSPO.
Sementara Lestari Capital telah mempertemukan proyek konservasi yang dilakukan oleh masyararakat Desa Nanga Lauk dengan pihak Cargill Tropical Palm (CTP). Melaui dukungan Pendanaan dari CTP akan berkontribusi pada kelayakan finansial jangka panjang dari proyek hutan komunitas Desa Nanga Lauk, dan memungkinkan masyarakat lokal untuk memaksimalkan manfaat yang mereka terima dari upaya mereka untuk melindungi sumber daya hutan mereka
“Proyek konservasi yang akan dilaksanakan selama 25 tahun ini, memungkinkan masyarakat mengambil kendali yang lebih besar atas pengelolaan hutan. Hutan akan menjadi mata pencaharian mereka tentunya dengan melakukan pelatihan terhadap pengelolaan potensi hutan. Kita sudah melakukan pelatihan bagi masyarakat bidang keterampilan bisnis dasar, pemasaran dan pengembangan bisnis, pengelolaan dan pengolahan sumber daya alam seperti rotan, karet, madu liar; olahan ikatn dan ekowisata,” jelas Imanul.
Agar pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan semakin terberdayakan, PRCF memfasilitasi pembembentukan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). KUPS ini di bawah kendali LPHD dan bersinergi dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dengan KUPS ini masyarakat bisa mendapatkan sisa hasil usaha.
“Sampai pada kesimpulan, kita berkomitmen mengajak masyarakat desa Nanga Lauk untuk melestarikan hutan desa dan hutan produksi. Dijaga sebaik mungkin agar jangan terjadi degradasi maupun deforestasi. Kemudian, kita juga berkewajiban untuk memberdayakan masyarakat agar bisa meningkatkan sumber pendapatan. Hutan tetap terjaga, dan masyarakatnya menjadi sejahtera,” tutup Imanul.
Dalam kesempatan itu ikut hadir Ir. Untat Dharmawan, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat, Richard Low, Chief Executive Officer Cargill Tropical Palm, Gabriel Eickhoff, Chief Executive Officer Lestari Capital, dan Rusman, tokoh masyarakat Nanga Lauk. Sementara dari media yang hadir perwakilan dari Agrofarm.co.id, Agro Indonesia, Antaranews.com, Bisnis Indonesia Daily, Cogencis.com, Elshinta Radio, Hortus Magazine, InfoSAWIT Magazine, Investor Daily, Kompas.com, Kontan, Mongabay.com, Sawit Indonesia, Sindonews.com, SWA Magazine, Tabloidsinartani.com, dan Tribun News (ros)