Habitat orangutan merupakan salah satu primate, dimana keberadaannya saat ini terancam punah karena orangutan tersebut hidup didunia ini satu-satu yang ada hanya di Asia, sedang di daerah Kalbar sendiri terdapat dua sub spesies orangutan, yaitu pongo pygmaeus dan pongo pygmaeus wurmbii, dua spesies ini perlu kita lindungi dan dijaga keberadaannya. Populasi orangutan di Kalbar saat ini masih relative sedikit dan tersebar pada kantong-kantong habitat di daerah pedalaman, seperti di Taman Nasional Betung Karimun dan Taman Nasional Danau Sentarum di Kabupaten Kapuas Hulu, Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya di Kabupaten Sintang, Taman Nasional Gunung Palung dan Cagar Alam Muara Kendawangan-Bukit Rongga Parai di Kabupaten Kepatang dan cagar alam Gunung Nyiut di Kab.Bengkayang, namun hingga saat ini belum diketahui secara pasti berapa jumlah individu yang terdapat di kawasan tersebut.
Demikian disampaikan Gubernur Kalbar Drs.Cornelis,MH pada pertemuan Konservasi orangutan Regional Kalimantan yang berangsung di Baai Petitih Kantor Gubernur, Kamis ( 22/4).
Keberadaan dan populasi orangutan pada kenyataannya akan berbanding lurus dengan tingkat kerusakan hutan yang terjadi. Degradasi dan deforestasi sumber daya hutan yang kian marak, diyakini merupakan penyebab utama semakin menyusutnya jumlah populasi orangutan di Kalbar. Nasib orangutan semakin terancam dengan adanya kegiatan perburuan liar, perburuan tersebut dijadikan hewan peliharaan, bahkan sebagai sumber makanan bagi sebagian masyarakat.
Upaya Pemerintah untuk melindungi jenis primate ini telah banyak dilakukan, salah satunya melalui Peraturan Menteri Kehutanan No P.53/Menhut-IV/2007, dimana peraturan ini telah mengatur strategi dan rencana aksi orangutan Indonesia, selama 10 tahun ( 2007 s/d 2017).
Laju deforestasi di daerah hutan tropis Asia diperkirakan sudah mencapai kisaran 30 %, hal ini sangat menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup tumbuhan dan satwa. Di Kalbar ada 4 Kabupaten yang menjadi Kawasan Taman Nasional, diantaranya, Kabupaten Kapuas Hulu, Kab.Sintang, Kab.Melawi, Kab.Kepatang, sedangkan diluar kawasan konservasi dihutan produksi, luasnya cukup signifikan yakni sekitar 72,56 %, dari total luas kawasan hutan di Kalbar, perlu adanya perhatian bagi kehidupan orangutan. Pentingnya untuk memahami dari eksistensi sumber daya hutan yang juga sebagai rumah bagi berbagai satwa termasuk orangutan, maka kita harus melakukan pengembangan suatu gagasan bagi pengelolaan kawasan hutan secara holistic dan integrative guna kemashalatan kehidupan masa depan. Untuk mencapai itu diantaranya menjaga dan mengelola kawasan berhutan yang notabene telah ditetapkan sebagai wilayah Heart of Borneo ( HOB), untuk dikelola dengan prinsip “sustainable development”.
Mengindentifikasi kegiatan bisa mendatangkankeuntungan dengan keberadaan orangutan, perlu adanya penelitian tentang aspek yang terkait keberadaan orangutan, mendorong, memperkuat dan mempromosi beberapa kawasan sebagai pusat riset dan konservasi orangutan yang perlu didukung oleh berbagai pemangku kepentingan.
Sementara Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Ir.Edy Sutiyarto antara lain mengatakan strategis dan rencana aksi konservasi ini dimaksudkan dalam upaya pelestarian atau konservasi orangutan, karena merupakan kerangka kerja yang memerlukan penanganan prioritas, terpadu dan melibatkan semua pihak, pertemuan ini menghadirkan 121 peserta mewakili seluruh pemangku kepentingan yang terkait, terdiri dari Pemerintah, Perguruan Tinggi, LSM, pihak Swasta serta tokoh masyarakat, WWF-Indonesia, IAR, FFI, Yayasan Titian, Yayasan Riak Bumi,Yayasan Dian Tama, OCSP dan PRCF-Indonesia.
Pertemuan Konservasi Orangutan Regional Kalimantan ini menghadirkan pembicara diantaranya, Direktur pengembangan hutan alam, Pemda Ketapang, Ketua Forina,Kepala BKSDA Kalbar, Pemerintah Kapuas Hulu, BOS Wanariset Semboja serta Perwakilan Tim Survey untuk 10 Kabupaten. ( Humas Pemprov/Nasir)
Sumber: kalbarprov.