Ada tujuh isu lingkungan hidup banyak mendapatan sorotan dunia saat ini. Apabila isu tersebut diabaikan tanpa ada upaya mitigasi maupun adaptasi bisa menjadi malapetaka bagi umat manusia di bumi. Saat ini saja sudah banyak dampak negatif dirasakan oleh manusia. Berikut ini tujuh isu lingkungan hidup tersebut:

  1. Pencemaran Mikroplastik

Pencemaran mikroplastik merupakan isu serius yang mengancam lingkungan dan kesehatan manusia (Deoniziak et al., 2022). Partikel-partikel plastik kecil ini telah tersebar luas di berbagai ekosistem, termasuk perairan laut, udara, dan tanah (Stapleton et al., 2023). Proses dekomposisi plastik menjadi mikroplastik memakan waktu sangat lama, sehingga mengakibatkan akumulasi yang berkelanjutan di lingkungan (Wang et al., 2024). Mikroplastik dapat terbentuk dari bahan plastik yang dilepas secara langsung atau melalui degradasi plastik yang lebih besar (Forster et al., 2023). Organisme laut sering kali memakan mikroplastik, menyebabkan masalah kesehatan bagi rantai makanan dan ekosistem laut secara keseluruhan. Solusi untuk mengatasi pencemaran mikroplastik melibatkan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, pengembangan teknologi filtrasi air yang efektif, serta regulasi yang ketat terhadap industri plastik.

Pencemaran mikroplastik memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan hidup, termasuk:

  • Gangguan pada Ekosistem Laut: Mikroplastik dapat mencemari lingkungan air, terutama laut dan sungai, mengganggu ekosistem laut dan berbagai organisme hidup di dalamnya. Organisme seperti ikan dan hewan laut lainnya dapat menelan mikroplastik, yang pada gilirannya dapat merusak organ dalam mereka dan mempengaruhi rantai makanan di ekosistem laut.
  • Kontaminasi Lingkungan: Mikroplastik yang terakumulasi di lingkungan dapat menyebabkan kontaminasi tanah, air, dan udara. Hal ini dapat memengaruhi kehidupan tanaman, hewan darat, dan mikroorganisme yang esensial bagi keseimbangan ekosistem darat.
  • Potensi Tercemarnya Sumber Daya Air: Mikroplastik dapat mencemari sumber daya air yang digunakan untuk konsumsi manusia dan pertanian. Ini dapat mengancam kesehatan manusia dan keberlangsungan produksi pangan, serta memengaruhi keberlangsungan ekosistem air tawar
  1. Perubahan Iklim

Perubahan iklim disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca (Mbah et al., 2021), terutama karbon dioksida (CO2). Inilah yang menyebabkan pemanasan global. Dampak perubahan iklim termasuk kenaikan suhu rata-rata global, perubahan pola cuaca yang ekstrim, dan peningkatan tingkat permukaan air laut (Timilsina, 2021). Ini mengancam keberlangsungan hidup manusia dan ekosistem, serta meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai tropis yang lebih parah (Rushton et al., 2023). Upaya untuk mengatasi perubahan iklim termasuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan menggunakan energi terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan mengadopsi kebijakan perlindungan lingkungan yang lebih ketat secara global (Din et al., 2023).

  1. Deforestasi

Deforestasi, atau penggundulan hutan secara besar-besaran, mengancam keanekaragaman hayati dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius (Qu et al., 2024). Hutan adalah habitat bagi jutaan spesies tumbuhan dan hewan, dan juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim global dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer (Liu et al., 2024). Namun, aktivitas manusia seperti pertanian, pembalakan liar, dan pembangunan infrastruktur telah mengakibatkan hilangnya hutan secara cepat. Hal ini mengancam keberlangsungan spesies-spesies tertentu, mempercepat laju perubahan iklim, dan meningkatkan risiko bencana alam. Upaya perlindungan hutan melalui konservasi, rehabilitasi, dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan menjadi krusial untuk mengatasi deforestasi (Kunte & Bhat, 2024).

  1. Pencemaran Udara

Pencemaran udara terjadi ketika udara terkontaminasi oleh substansi kimia, partikel padat, atau gas berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan (Indraj & Warpa, 2024). Sumber pencemaran udara termasuk industri, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, dan aktivitas manusia lainnya. Pencemaran udara dapat menyebabkan masalah pernapasan, penyakit jantung, dan bahkan kematian pada manusia. Selain itu, pencemaran udara juga merusak lingkungan, mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan merusak ekosistem alami. Upaya untuk mengatasi pencemaran udara melibatkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, penggunaan transportasi publik yang lebih baik, serta regulasi yang ketat terhadap industri dan pembakaran sampah terbuka

  1. Krisis Air

Krisis air merupakan isu global yang disebabkan oleh peningkatan permintaan air bersih, degradasi lingkungan, dan perubahan iklim (Shohel et al., 2024). Kekurangan pasokan air bersih mengancam kesehatan, ketahanan pangan, dan keberlangsungan ekosistem. Penyebab utama krisis air termasuk polusi air, deforestasi, pembangunan infrastruktur yang tidak berkelanjutan, serta perubahan iklim yang memengaruhi siklus air (Alfian et al., 2024). Krisis air telah mengakibatkan konflik antara negara-negara dan komunitas lokal yang bersaing untuk sumber daya air yang terbatas. Solusi untuk mengatasi krisis air melibatkan manajemen air yang berkelanjutan, konservasi sumber daya air, dan investasi dalam infrastruktur air yang efisien dan ramah lingkungan [5].

  1. Kehilangan Keanekaragaman Hayati

Kehilangan keanekaragaman hayati mengancam stabilitas ekosistem dan berdampak negatif pada kesejahteraan manusia (Brubacher et al., 2024). Aktivitas manusia seperti perubahan penggunaan lahan, deforestasi, dan perubahan iklim menyebabkan kepunahan spesies secara massal. Hilangnya spesies-spesies ini dapat mengganggu rantai makanan dan mengurangi ketahanan pangan serta obat-obatan alami. Keanekaragaman hayati juga penting untuk pembangunan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kebahagiaan manusia (Samuel & Omosulu, 2024). Upaya untuk melindungi keanekaragaman hayati meliputi pembentukan kawasan konservasi, pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, serta penegakan hukum yang tegas.

  1. Pemasan Global

Pemanasan global, juga dikenal sebagai global warming, merujuk pada peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi akibat peningkatan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan efek pemanasan (Thakur et al., 2024). Salah satu dampaknya adalah meningkatnya suhu air laut. Akibatnya, es di kutub-kutub mencair, mengakibatkan naiknya permukaan air laut dan potensi banjir di wilayah pesisir (Kirdyanov et al., 2024). Peningkatan suhu air laut juga dapat mengganggu ekosistem laut dengan mempengaruhi distribusi dan keberadaan spesies, serta memicu terjadinya ketidakseimbangan ekosistem.

Referensi

Alfian, A. R., Firdani, F., Angelica, A. E., & Salsabila, R. (2024). Education of Water Crisis Preparedness to Communities in Urban Slum Areas. Warta Pengabdian Andalas, 31(1). https://doi.org/10.25077/jwa.31.1.60-65.2024

Brubacher, L. J., Chen, T. T. W., Longboat, S., Dodd, W., Peach, L., Elliott, S. J., Patterson, K., & Neufeld, H. (2024). Climate change, biodiversity loss, and Indigenous Peoples’ health and wellbeing: a systematic umbrella review protocol. Systematic Reviews, 13(1). https://doi.org/10.1186/s13643-023-02423-x

Deoniziak, K., Cichowska, A., Niedźwiecki, S., & Pol, W. (2022). Thrushes (Aves: Passeriformes) as indicators of microplastic pollution in terrestrial environments. Science of the Total Environment, 853. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2022.158621

Din, A. U., Ur Rahman, I., Vega-Muñoz, A., Elahi, E., Salazar-Sepúlveda, G., Contreras-Barraza, N., & Alhrahsheh, R. R. (2023). How Sustainable Transportation Can Utilize Climate Change Technologies to Mitigate Climate Change. Sustainability (Switzerland), 15(12). https://doi.org/10.3390/su15129710

Forster, N. A., Wilson, S. C., & Tighe, M. K. (2023). Microplastic pollution on hiking and running trails in Australian protected environments. Science of the Total Environment, 874. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2023.162473

Indraj, I., & Warpa, V. (2024). Assessment of the seasonal trends of air pollution: A case study of Gurugram city, Haryana, India. Journal of Air Pollution and Health, 9(1). https://doi.org/10.18502/japh.v9i1.15077

Kirdyanov, A. V., Saurer, M., Arzac, A., Knorre, A. A., Prokushkin, A. S., Churakova (Sidorova), O. V., Arosio, T., Bebchuk, T., Siegwolf, R., & Büntgen, U. (2024). Thawing permafrost can mitigate warming-induced drought stress in boreal forest trees. Science of the Total Environment, 912. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2023.168858

Kunte, G., & Bhat, V. (2024). Deforestation, Climate Change and the Sustainability of Agriculture: A Review. Journal of Resources and Ecology, 15(1). https://doi.org/10.5814/j.issn.1674-764x.2024.01.012

Liu, B., Roopsind, A., & Sohngen, B. (2024). Overlapping extractive land use rights increases deforestation and forest degradation in managed natural production forests. World Development, 174. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2023.106441

Mbah, M., Ajaps, S., & Molthan-Hill, P. (2021). A systematic review of the deployment of indigenous knowledge systems towards climate change adaptation in developing world contexts: Implications for climate change education. Sustainability (Switzerland), 13(9). https://doi.org/10.3390/su13094811

Qu, X., Li, X., Bardgett, R. D., Kuzyakov, Y., Revillini, D., Sonne, C., Xia, C., Ruan, H., Liu, Y., Cao, F., Reich, P. B., & Delgado-Baquerizo, M. (2024). Deforestation impacts soil biodiversity and ecosystem services worldwide. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 121(13). https://doi.org/10.1073/pnas.2318475121

Rushton, E. A. C., Sharp, S., Kitson, A., & Walshe, N. (2023). Reflecting on Climate Change Education Priorities in Secondary Schools in England: Moving beyond Learning about Climate Change to the Emotions of Living with Climate Change. Sustainability (Switzerland), 15(8). https://doi.org/10.3390/su15086497

Samuel, O. S., & Omosulu, R. (2024). Ubuntu Thinking on Biodiversity Loss: The Inadequacies of Egalitarian and Communitarian Solutions. Journal of Applied Philosophy, 41(1). https://doi.org/10.1111/japp.12691

Shohel, T. A., Heme, M. A., Shovo, T.-E.-A., Nasrin, N., Asha, A. R., Rahman, T. M. R., & Hossain, Md. T. (2024). Safe water crisis and struggle of climate-vulnerable indigenous communities in southwestern coastal Bangladesh. Water Policy. https://doi.org/10.2166/wp.2024.269

Stapleton, M. J., Ansari, A. J., Ahmed, A., & Hai, F. I. (2023). Evaluating the generation of microplastics from an unlikely source: The unintentional consequence of the current plastic recycling process. Science of the Total Environment, 902. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2023.166090

Thakur, D., Altman, J., Jandová, V., Fibich, P., Münzbergová, Z., & Doležal, J. (2024). Global warming alters Himalayan alpine shrub growth dynamics and climate sensitivity. Science of the Total Environment, 916. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2024.170252

Timilsina, G. R. (2021). Financing climate change adaptation: International initiatives. Sustainability (Switzerland), 13(12). https://doi.org/10.3390/su13126515

Wang, S., Mintenig, S. M., Cheng, C., Wu, J., & Koelmans, A. A. (2024). Extent and risks of microplastic pollution in the Yangtze River. State of the science. Science of the Total Environment, 910. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2023.168538