Kemunculan orangutan di Hutan Desa Nanga Lauk sungguh mengejutkan

Ketika mendengar orangutan, terbayang Kalteng. Lebih spesifik, Tanjung Puting. Seolah-olah orangutan hanya ada di sana. Padahal, Kalteng dan Kalteng itu satu daratan. Apakah orangutan hanya ada di Kalteng saja? Ternyata, tidak. Di Kalbar juga banyak lho. Tercatat ada 20.330 ekor orangutan di Kalbar.

Terus terang, saya tak banyak tahu soal orangutan. Yang saya tahu, orangutan itu hewan dilindungi. Dilarang dibunuh. Hewan langka. Hewan hampir punah. Dari kecil sampai dewasa, belum pernah melihat langsung orangutan. Tahu orangutan lewat media. Informasi terkait orangutan selalu didominasi dari Kalteng. Sangat jarang informasi orangutan di Kalbar. Padahal, berdasarkan berita pontianak.kompas.com 21 Agustus 2019, ada 20.330 ekor orangutan di  Bumi Khatulistiwa. Jumlah yang tak sedikit. Melebihi jumlah penduduk di sejumlah kecamatan di Kapuas Hulu. Cuma, di mana keberadaan mereka?

Rio Afiat staf program Yayasan People Resources Conservation Foundation (PRCF) Indonesia menceritakan, beberapa waktu lalu ia dan kawan-kawannya melihat orangutan di Hutan Desa Nanga Lauk (HDNL) Kecamatan Embaloh Hilir. Wah, menarik ini. Saya menggali ceritanya.

Orangutan yang muncul di Hutan Desa Nanga Lauk

Diceritakan Rio, orangutan tiba-tiba muncul. Jelas mengagetkan dia beserta kawan-kawannya yang tergabung dalam Yayasan PRCF Indonesia. Kebetulan, PRCF sedang implementasi program pemberdayaan masyarakat di Desa Nanga Lauk. Kehadiran orangutan tersebut menjadi kabar gembira. Sebab, kehadiran PRCF salah satu tujuannya melindungi spesies langka. Tak hanya orangutan, ada satu lagi hewan yang sangat diperhatikan keberadaannya, buaya tomastoma atau senyulong.

Tak ayal, dengan kamera seadanya, Rio dan kawan-kawan langsung sigap. Mereka mengabadikan orangutan yang bergelantungan di pohon dengan jepretan kamera. Dijepret sudah. Mereka juga memvideokan orangutan itu. Gambar dapat. Videopon dapat. Dokumentasi tersebut sebagai prestasi besar. Maklum, untuk melihat orangutan secara langsung itu sangat sulit. Dicari-cari sering tak ketemu. Tapi, momen ini beda, ia datang menampakkan diri.

Satu hal lagi sangat menarik, ternyata orangutan itu sedang membuat sarang. Orangutan membuat sarangnya dari ranting pohon. Ujung pohon dipatahkan, lalu disusun di atas kayu tinggi. Ditumpuk-tumpuk menyerupai gundukan ranting dan daun. Sarang itu menjadi tempat istirahatnya bila hujan atau kelelahan. Aksi membuat sarang itu menjadi momen indah yang berhasil diabadikan.

Orangutan bergelantungan di pohon tanpa terpengaruh oleh kehadiran manusia

Kehadiran orangutan di HDNL tersebut sebagai salah satu indikator positif. Bahwa, HDNL masih sehat alias belum rusak. Hutan yang masih menyediakan banyak makanan untuk spesies seperti orangutan. Kalau hutan rusak, mana mungkin orangutan berani mendekat. PRCF menjadikan kehadiran orangutan tersebut sebagai bagian dari program. Program melindungi spesies langka. Harapannya, spesies orangutan jangan sampai hilang. Sebaliknya, justru makin berkembang di HDNL.

Apakah ada taman nasional yang khusus menampung orangutan di Kalbar? Seperti Taman Nasional Tanjung Puting Kalteng. Saya coba search di google. Secara khusus seperti Tanjung Puting, tidak ada.  Tapi, ada taman yang sering dijadikan tempat pelepasliaran orangutan. Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (BTNBBBR) Kabupaten Sintang. Kabupaten ini tetanggaan dengan Kapuas Hulu. Informasinya, banyak orangutan di taman nasional ini. Sayang, saya tak dapat datanya. Hanya dapat data keseluruhan populasi orangutan berjumlah 20.330 ekor. Sedangkan jumlah orangutan di Pulau Kalimantan meliputi Kalbar, Kalteng, Kaltim, dan Sarawak Malaysia 57.350 ekor pada tahun 2019. Bila dibandingkan tahun 2017 lalu, data orangutan berjumlah 71.000. Melihat data ini, jelas terjadi penurunan populasi orangutan.

Apa penyebabnya populasi orangutan menurun drastis? Penyebab utama tak lain adalah pembukaan areal perkebunan, pemukiman, perambahan hutan, ilegal logging. Kemudian, masih ada anggapan bahwa orangutan itu hawa. Sehingga sering dibunuh bila masuk ke perkebunan atau pemukiman warga.

Populasi menurun. Sementara perlindungan orangutan minim. PRCF Indonesia melihat itu. Dengan berbagai programnya akan berusaha untuk melindungi populasi orangutan di HDNL. Selain melindungi, PRCF juga melalukan sosialisasi akan arti pentingnya keberadaan orangutan. Harapannya, masyarakat sadar bahwa orangutan wajib dilindungi. Upaya ini terus dilakukan secara kontinu. Sehingga orangutan benar-benar nyaman hidup di HDNL. *

By Rosadi Jamani