Hutan merupakan harta karun bagi warga Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Kabupaten Kapuas Hulu. Hasil hutan menjadi sumber penghasilan bagi warga. Cuma, apakah hutan yang dimiliki saat ini masih tetap lestari di masa-masa akan datang? Bisa saja menjadi hilang apabila tidak dijaga. Sebaliknya, tetap akan lestari apabila terus dijaga dan diawasi dari tangan-tangan jahat yang ingin merusaknya.
Pemerintahan Desa Nanga Lauk difasilitasi Yayasan PRCF Indonesia telah membentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Lauk Bersatu. Lembaga yang beranggotakan dari orang Nanga Lauk sendiri itu menjadi garda terdepan menjaga dan mengawasi hutan desa yang mereka miliki.
Dalam kepengurusan LPHD Lauk Bersatu ada bidang yang menangani perlindungan dan pengawasan hutan. Bidang ini diketuai oleh Musmuliyadi. Dia tidak sendirian. Ada tiga seksi yang membantu, yakni seksi patroli oleh Ahmad Marzuki, seksi rehabilitasi oleh Wawan Suhardi, dan seksi pendidikan konservasi dan lingkungan oleh Kardino. Inilah personel yang menjadi terdepan melakukan perlindungan dan pengawasan hutan di Nanga Lauk.
Seksi patroli yang diketuai oleh Ahmad Marzuki merupakan bagian penting dari bagian ini. Ada tim patroli yang telah dibentuk. Mereka melakukan patroli secara berkala. Sebulan sekali mereka melakukan patroli di kawasan hutan. Setiap patroli mereka selalu didampingi oleh personel Yayasan PRCF Indonesia. Apa saja temuan di lapangan, mereka dokomentasikan sebagai bahan evaluasi. Bahkan, data yang didapat di-upload di aplikasi Smart Patrol. Tujuannya agar data temuan di lapangan bisa terdokumentasi dengan baik.
Karena hutan di Nanga Lauk umumnya hutan rawa, tergenang bila musim hujan, kering bila musim kemarau. Hutan juga kebanyakan berada di kawasan danau. Patroli yang dilakukan menggunakan perahu motor. Biasanya dua perahu motor mereka gunakan. Saat patroli tak jarang mereka menemukan berbagai macam habibat seperti kera, orangutan, burung, dan sebagainya. Bahkan, banyak juga ditemukan sarang lebah yang mengandung madu. Madu merupakan salah satu hasil dari hutan yang menjadi andalan bagi warga Nanga Lauk.
Berikut seksi rehabilitasi yang diketuai oleh Wawan Suhardi. Rehabilitasi yang dimaksudkan adalah mengembalikan kerusakan agar berfungsi kembali. Misal ada kerusakan hutan, segera dilakukan rehabilitasi dengan cara reboisasi atau menanam pohon di lahan-lahan kosong. Begitu juga bila ada satwa hutan yang ditemukan tidak berdaya, seksi ini bisa melakukan rehabilitasi. Misal ada orangutan ditemukan tidak berdaya akibat perburuan, bisa dilakukan upaya penyelamatan agar nanti bisa dilepasliarkan.
Terakhir dari seksi ini adalah konservasi dan lingkungan yang diketuai oleh Kardino. Memastikan seluruh lingkungan di Nanga Lauk tetap lestari dan memberikan manfaat besar bagi warga. Upaya konservasi terus dilakukan dengan harapan lingkungan tetap terjaga dengan baik.
Bidang perlindungan dan pengawasan dibentuk agar kawasan hutan Nanga Lauk selalu dijaga secara aktif. Jangan sampai lengah. Apabila lengah, bisa saja orang yang hanya mengejar keuntungan membabat hutan secara membabi buta. Hal inilah yang tidak diinginkan. PRCF Indonesia sebagai lembaga pendamping terus melakukan pembinaan agar semangat personel di bidang ini bisa terjaga dengan baik. (ros)