Pontianak (PRCF) – Sejauh ini kawasan hutan di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu masih terjaga dengan baik. Begitu juga flora faunanya masih sedia kala. Hal ini tak lepas dari upaya dari warga Nanga Lauk sendiri untuk menjaga dan melestarikannya.
Pemerintahan Desa Nanga Lauk difasilitasi Yayasan PRCF Indonesia telah membentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Lauk Bersatu. Lembaga ini memiliki tim patroli hutan. Tim inilah secara berkala melakukan patroli kawasan hutan.
Yadi Purwanto S Hut, program specialis for conservation PRCF Indonesia menjelaskan, ada tiga jenis patroli hutan yang dilakukan LPHD Lauk Bersatu yang dilakukan secara berkala. Patroli Hutan Produksi Terbatas (HPT). Patroli HPT biasanya dilakukan dengan jumlah personel 20 orang.
“Biasanya patroli HPT ini dilakukan selama tiga hari. Pagi-pagi berangkat, terus sorenya pulang ke rumah masing-masing. Esoknya juga begitu, sampailah tiga hari. Dalam patroli, kita sudah bekalkan aplikasi atau list secara digital maupun manual. Sudah ada flora dan fauna di dalam list itu. Bila ketemu dan flora fauna yang sudah ada dalam list, tinggal dicentang. Tak lupa untuk mencatumkan data GPS-nya,” jelas Yadi.
Setelah patroli HPT, tim patroli juga melakukan Patroli Hutan Desa (PHD). Patroli ini memang hanya dikhususkan untuk kawasan hutan desa saja. Tentu tidak seluas dengan Hutan Produksi Terbatas. Jumlah personel yang melakukan patroli ini hanya 10 orang saja dan dilakukan satu bulan sekali. Sistem kerjanya juga sama seperti patroli HPT.
Terakhir, patroli Batas Desa. Dilakukan hanya setahu sekali. Tujuannya, untuk memastikan batas desa tidak berubah. Kemudian, patok-patok desa juga terjaga dengan baik. Apabila ada patok rusak, direkomendasikan untuk diperbaiki.
Tujuan secara dari tiga patroli tersebut, memastikan bahwa kawasan hutan di wilayah desa Nanga Lauk tetap terjaga dengan baik. Memastikan tidak ada pohon ditebang secara sembarangan. Tidak ada ekploitasi flora dan fauna. Kemudian, semua terdokumentasi dengan baik setiap perkembangan yang ada di dalam kawasan hutan tersebut.
Salah satu ancaman terbesar dari kawasan hutan adalah kebakaran. Ketika kebakaran itu terjadi, biasanya sulit untuk dihentikan dengan peralawan seadanya. Yayasan PRCF Indonesia memahami kondisi tersebut. Melewati program SCCM, PRCF akan menyumbangkan satu set alat pemadam kebakaran. Ada mesin pompa, alat semprotnya, dan sejumlah alat pendukung lainnya.
“Bila tidak ada halangan, alat pemadam kebakaran tersebut kita serahkan pada hari Senin, 28 Oktober ini. Bantuan ini dimaksudkan agar tim patroli memiliki alat untuk memadamkan api bila muncul di kawasan hutan. Ini bagian dari upaya kita dalam mendukung kinerja LPHD Lauk Bersatu,” tambah Yadi.
Yadi dan rombongan pada Sabtu, 26 Oktober berangkat menuju Nanga Lauk Kapuas Hulu. Tujuan utama dia dan rombongan, selain mau melakukan patroli hutan, juga menyerahkan bantuan alat pemadam kebakaran. (ros)