Rumah betang terpanjang seantero Kalimantan yang letaknya berada di Desa Uluk Palin, Kab. Kapuas Hulu yang didiami masyarakat Suku Dayak Tamam Baloh beberapa tahun lalu mengalami musibah kebakaran dan kini pelan pelan bangkit dari keterpurukan. Musibah ini menyebabkan hampir seluruh benda benda bersejarah peninggalan nenek moyang mereka yang berupa baju adat bercorak Dayak Tamam Baloh, manik manik, anyaman serta benda benda bersejarah lain juga lenyap di makan si jago merah.
Sebelum musibah ini terjadi banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang hanya sekedar berkunjung maupun mempelajari budaya setempat secara intensif, namun setelah musibah terjadi jumlah wisatawan yang berkunjung berkurang drastis.
Untuk mengembangkan kembali potensi Obyek Desa Wisata sekaligus mendorong masyarakat untuk mendapatkan sumber penghasilan baru, masyarakat yang didampingi oleh PRCF Indonesia membentuk dua kelompok kerajinan, kelompok tersebut adalah kelompok kerajinan anyaman yang diketuai oleh Bapak Pinggan dan kelompok kerajinan manik manik yang diketuai oleh Ibu Sudat.
Kelompok kerajinan anyaman ini merupakan sebuah kelompok yang di latih untuk dapat mengembangkan potensi rotan untuk dijadikan anyaman secara professional, rotan diambil dari hutan di olah menjadi anyaman seperti keranjang, hiasan untuk Table Manner, dan lainnya.
Kelompok anyaman diberikan pelatihan dan difasilitasi peralatan manual untuk menganyam.
Hasil anyaman tersebut nanti dibeli dan dijual kembali di Pontianak. Hasil keuntungan yang didapatkan nanti dipakai lagi untuk mengembangkan bisnis tersebut agar tetap berkelanjutan. Ketua kelompok anyaman, Pingan mengatakan Ketika ada produksi harus ada pasar, dan ketika keduanya ini ada terus menerus akan menelurkan produksi yang berkelanjutan.
“kalo ada yang beli pasti kami bikin yang penting lihat dulu anyamannya seperti apa. Kalau belum bisa ya belajar dulu cara bikinnya” sebutnya sambil tersenyum.
Sedangkan kelompok manik manik di manajemen oleh kaum hawa, peran perempuan dalam kelompok manik manik ini juga bertujuan meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Ketua kelompok manik manik, Ibu Sudat menyampaikan apresiasinya kepada pendamping yang sudah mengajak melestarikan budaya manik manik sebagai sumber penghasilan
“Kami sangat terbantu dengan adanya pendampingan seperti ini kami bisa membuat manik manik sembari menjaga anak dirumah dan hasil manik maniknya pun dibeli” ujar ibu Sudat.
Jari jemari lembut mereka membuat biji manik manik menjadi kerajinan seperti gelang, kalung, anting anting, dan serta corak Dayak Khas Desa Tamam Baloh di baju adat.
Staff PRCF Indonesia Ibu Fifi menambahkan “Benang, manik manik, dan peralatan untuk membuat kerajinan manik manik dan rotan serta pemasarannya akan kita fasilitasi, tinggal komitmen ibu ibu lagi, mau apa tidak menjalankannya” saat diskusi bersama para perempuan Desa Uluk Palin.
Proses penentuan harga manik manik maupun anyaman untuk semua kerajinan di tentukan berdasarkan ketentuan standar harga pasaran dan sesuai dengan tingkat kerumitan.
Gol besar dari kegiatan ini bagaimana bisa melesatarikan budaya lokal sekaligus bisa mengajak masyarakat untuk bisa lebih produktif di sela sela waktu kosong serta bisa melestarikan tanaman rotan karena ketika mereka memproduksi anyaman dari rotan mereka akan mennggambil bibit dan menanamnya di tempat yang tidak jauh dari rumah.
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Ajak Masyarakat Kembangkan Kerajinan Lokal Untuk Sumber Penghasilan.
Oleh Aloysius Kahariyadi