pemandangan sungai yang menawan di Nanga Lauk

Pontianak (PRCF) – Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu menjadi role model konservasi. Hutan desa dan hutan produksi terbatas yang dimiliki Nanga Lauk banyak menyedot perhatian dunia. Hutan desa Nanga Lauk sudah mendapatkan izin pengelolaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pemerintahan Desa Nanga Lauk difasilitas PRCF Indonesia telah membentuk Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Lauk Bersatu. PRCF Indonesia sendiri mendapat dukungan dari Capital Lestari dan Cargill.

Tutupan lahan yang ada di Desa Nanga Lauk sejauh ini belum ada analisisnya. Untuk itulah dari tanggal 27-28 Desember 2019, PRCF mengundang konsultan di bidang perhutanan untuk melakukan analisis Perubahan Tutupan Lahan Desa. Ada tiga konsultan yang didatangkan.

“Kita mendatangkan tiga konsultan yang memang kompeten di bidangnya. Mereka diharapkan bisa melakukan analisis terhadap perubahan tutupan lahan di Nanga Lauk. Saat ini, ketiga konsultan tersebut sedang menuju Nanga Lauk,” kata Direktur Eksekutif PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut di kantornya.

Berdasarkan jadwal, pada 27 Desember 2019, tim konsultan tiba di Putussibau Kapuas Hulu pukul 13.30 WIB. Begitu tiba, mereka istirahat dulu di ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. Sekitar pukul 15.00, tim konsultan didampingi PRCF Indonesia bergerak menuju Nanga Nyabau. Dari sini mereka terus melanjutkan perjalanan menuju Nanga Lauk.

“Malam harinya, saat sudah di Nanga Lauk, tim konsultan akan melakukan pertemuan dengan tim dari LPHD untuk merencana melakukan ground truth atau analisis di lapangan esok harinya,” tambah Imanul.

Pada 28 Desember, tim konsultan didampingi PRCF dan LPHD Lauk Bersatu akan melakukan pengumpulan data di lapangan. Rencananya akan dibagi tiga titik, yakni tiga titik di wilayah timur, dan tiga titiknya di wilayah barat. Apabila seluruh data yang diperlukan sudah didapatkan, tim kembali ke Nanga Lauk. Data itu diambil dari hutan desa Nanga Lauk.

“Usai melakukan pengambilan data di lapangan, malam harinya, tim konsultan dan PRCF serta LPHD akan melakukan evaluasi. Kita berharap, data yang akan diambil berjalan lancar,” harap Imanul.

Pada 29 Desember, tim konsultan tersebut kembali ke Putussibau. Selanjutkan bertolak menuju Kota Pontianak menggunakan pesawat. Analisis terhadap perubahan tutupan lahan ini, pertama kali dilakukan. (ros)