Belajar literasi

Belajar literasi juga menjadi perhatian PRCF Indonesia saat melakukan pendampingan di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kapuas Hulu. Kehadiran PRCF di desa penghasil madu itu bukan melulu soal konservasi, melainkan peduli juga pada literasi (menulis dan membaca).

LPHD Lauk Bersatu sebagai mitra utama PRCF Indonesia menggelar belajar literasi untuk warga Nanga Lauk, Sabtu (10/1/2021) di Rumah Rotan. Sasarannya adalah kaum muda Nanga Lauk. Belajar literasi di sini mengajarkan bagaimana cara menulis baik dan benar. Harapannya dengan belajar literasi, segala potensi Nanga Lauk mereka bisa tuliskan lalu dipublikasikan lewat berbagai media.

“Belajar literasi ini juga mencerdaskan warga. Cerdas dalam mempromosikan seluruh potensi yang dimiliki Nanga Lauk. Promosi tidak lepas dari literasi, makanya LPHD yang kita dampingi menggelar ini yang dikhususkan bagi kalangan muda yang memiliki kemampuan literasi,” kata Manager Program PRCF Indonesia, Rio Afiat, Senin (11/1/2021).

Dijelaskan Rio, belajar literasi ini sangat penting dalam menunjang upaya konservasi hutan.  Baik edukasi, promosi, maupun reporting semua membutuhkan literasi. Ketika literasi baik, tentunya pesan yang disampaikan juga demikian. Begitu juga sebaliknya. “Di sinilah kita menggapa menggelar belajar literasi ini agar pesan yang nanti akan disampaikan ke publik memberian image positif bagi upaya konservasi hutan di sini,” kata Rio.

Apa Itu Literasi?

Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik.

Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigma baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajarannya. Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti Literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis. (ros)