Belajar masak untuk para pelajar tata boga, biasa. Tapi, bagaimana dengan orang desa atau kampung. Belajar masak hanya mimpi. Tradisi masak yang didapatkan berasal dari turun-temurun, bukan dari belajar dari orang yang ahli masak.
Pertengah Juli 2020 lalu, PRCF Indonesia menggelar Festival Makanan Tradisional (TMT) dengan konses Slow Food. Apa itu konsep Slow Food? Slow food adalah gerakan internasional untuk mendukung kesejahteraan petani, keragaman pangan dan kelestarian alam dengan prinsip good, clean and fair. Gerakan ini sudah tersebar di 160 negara. PRCF Indonesia adalah pendiri slowfood komunitas Kapuas Hulu.
Apa itu nilai Good, Clean and Fair? Good yaitu makanan atau sumber makanan sehat, bermutu, enak dan berasal dari budaya lokal. Clean berarti bersih mulai dari cara produksi hingga pemasaran tanpa menggunakan residu dan bahan kimia. Bahan-bahan tersebut dapat mencemari lingkungan atau bahkan menimbulkan dampak negatif bagi tubuh apabila dikonsumsi. Slow food harus terbebas dari itu semua.
Fair berarti adil dan saling menguntungkan. Adil dan saling menguntungkan ini dimaksudkan agar produsen makanan atau bahan makanan mendapat untung namun konsumen tidak terbebani dalam mendapatkan makanan atau bahan makanan tersebut (harga standar).
Diajarkan Masak
Pada Festival Makanan Tradisional itu, PRCF menghadirkan dua chef (tukang masak profesional). Kedua adalah chef Yudha Indra Pramanto dalu chefnya Hotel Santika sekarang menjadi pelatih memasak untuk UMK. Sementara satunya lagi, chef Sule dari Hotel Ibis Pontianak. Soal masak, tidak diragukan lagi keahliannya. Selain menjadi juri dalam festival tersebut, kedua chef tersebut juga mengajarkan cara memasak yang baik dan benar.
Desa Nanga Lauk sedang dipersiapkan menjadi salah satu destinasi ekowisata di Kabupaten Kapuas Hulu. Segala persiapan harus dilakukan. Salah satunya soal kuliner. Tamu yang datang tentu harus disuguhi aneka kuliner khas setempat. Untuk itulah, mereka diajarkan cara memasak yang baik dan benar agar sesuai standar. Bahan dan rasa makanan, cara memasak, penyajian, dan pelayanan menjadi hal penting dalam menyiapkan kuliner.
Chef Yudha dan Sule telah mengajarkan kaum ibu-ibu Nanga Lauk agar makanan yang dimasak terasa lebih enak dan nikmat. Tidak hanya itu, semua harus terlihat bersih dan higenis. Semua harus sesuai konsep Slow Food. Walaupun di kampung, tapi rasa masakan rasa hotel bintang lima. (ros)