Belajar pembukuan keuangan bagi orang tamatan minimal SLTA, mungkin tidak masalah. Pasti sebentar sudah mengerti. Berbeda bila yang dilatih orang berpendidikan rendah. Butuh kesabaran untuk melatih pembukuan keuangan.
“Apakah ada kursus program Excel di Putussibau ya?” tanya Bendahara PRCF Indonesia, Awaluddin Razab SE ke peserta pelatihan pengelolaan aset dan keuangan di kantornya, Kamis (23/7/2020).
Pertanyaan Awaluddin tersebut ditujukan untuk bendahara LPHD dan KUPS. Para bendahara tersebut diajarkan cara membukukan keuangan yang baik dan benar sesuai standar. Untuk menjadi bendahara, penguasaan program excel sangat diutamakan. Tujuannya agar mudah dalam input keuangan dan audit nantinya.
Para bendara tersebut seperti kesulitan cara mengoperasikan excel. Maklum saja mereka rata-rata berpendidikan rendah dan tidak pernah belajar excel sebelumnya. Mereka adalah petani yang hampir tidak pernah menyentuh laptop sebelumnya.
“Saya sangat memahami bapak dan ibu tidak bisa excel. Memang tidak bisa cepat untuk belajar excel ini. Saya saja butuh enam tahun belajar excel ini. Sementara pelatihan kali ini hanya satu hari. Itu sebabnya, saya sarankan untuk kursus excel bila ada di Putussibau nanti,” saran Awaludin.
Tapi, dalam belajar pembukuan keuangan, bukan program excel yang ditekankan, melainkan sistem keuangan lembaga harus sesuai standar. Pengeluaran dan pemasukkan harus tergambar dengan jelas. “Jangan sampai nanti salah input, sehingga ada uang yang kurang, nah itu bisa membuat pusing bendahara,” ujar Awaludin.
Kembali ke Nanga Lauk
Belajar pembukuan keuangan berlangsung satu hari. Dari pagi sampai sore hari para bendahara LPHD dan KUPS tersebut menimba ilmu dari Awaluddin Razab. Setelah belajar tersebut diharapkan pembukuan keuangan lembaga menjadi lebih baik lagi.
Setelah belajar pembukuan keuangan, para duta Nanga Lauk tersebut bersiap-siap untuk kembali ke desanya. Sebelum belajar, 17 warga Nanga Lauk tersebut pergi ke Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya. Dua hari mereka di sana untuk belajar pengelolaan hutan. Setelah itu, mereka dibawa ke Pontianak untuk belajar pengelolaan aset dan keuangan.
“Alhamdulillah, rombongan dari Nanga Lauk sudah berangkat menuju desa menggunakan mobil carteran. Kita doakan mereka selamat sampai di rumahnya masing-masing,” kata Manager Program PRCF Indonesia, Rio Afiat.
Rombongan Nanga Lauk itu bertolak dari Pontianak pukul 19.45 WIB, 23 Juli 2020. Diperkirakan mereka tiba di Nanga Nyabau pukul 08.00 WIB, 24 Juli 2020. Dari Nanga Nyabau mereka harus naik kapal motor menuju desanya. (ros)