Pembuatan Biochar

Pelatihan pembuatan Biochar yang digelar di Desa Tanjung, Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu (16-18 Maret 2022) merupakan salah satu inovasi. Biochar dapat diterapkan bagi masyarakat desa di sekitar hutan. Hingga saat ini masyarakat itu masih menerapkan pola Ladang Berpindah. Mereka masih menggunakan cara Membakar Ladang untuk mempersiapkan lahan pertanian dan/atau perkebunan yang sudah turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Pembuatan Biochar atau arang padat hasil pengolahan limbah organik yang dibuat oleh masyarakat Desa Tanjung merupakan program pelatihan berbasis masyarakat lokal yang diusung oleh PRCF Indonesia bersama dengan Pusat Informasi Lingkungan (PILI). Progam ini mendapat dukungan pendanaan dari TFCA Kalimantan Siklus 5. Kegiatan tersebut disambut dengan sangat antusias masyarakat desa tersebut. Anggota LPHD dari kedua desa tersebut ikut terlibat dalam pelatihan itu.

Tajok, salah seorang pengurus LPHD Desa Tanjung menyampaikan pendapatnya tentang pelatihan pembuatan biochar yang dilaksanakan di desanya. “Kami sangat senang dengan diadakannya pelatihan pembuatan biochar ini. Dari sini kami dapat belajar pengetahuan baru tentang upaya pengolahan lahan pertanian dan perkebunan untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas tanah di desa kami,” katanya.

“Saat ini di desa kami juga sedang mengupayakan utuk tidak lagi menerapkan Ladang Berpindah dengan cara membakar ladang. Dengan carai Ladang Menetap bisa mengurangi kerusakan hutan di desa kami. Hutan di desa kami semakin lama dikhawatirkan semakin berkurang. Hal ini disebabkan pertambahan penduduk dan perambahan hutan lainnya,” tambah Tajok.

Iwan Setiawan, pemateri pelatihan menjelaskan, pembuatan biochar sangat mudah dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar desa. Apalagi kalau didukung dengan pengetahuan yang lebih modern, lebih mantap lagi. Belum lagi tetap memanfaatkan kearifan lokal masyarakat, biochar lebih mudah diterapkan. Dengan penerapan biochar tentu dapat terimlementasi secara bijaksana dan tidak mempersulit masyarakan untuk melaksanakannya.

Bayu Pramitama, pemateri dari PILI menambahkan, pembuatan biochar ini sesungguhnya sangat tidak rumit. Hanya saja diperlukan pemahaman dalam memilah bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan biochar tersebut.

Pembuatan Biochar
Seorang peserta sedang praktik pembuatan biochar di Desa Tanjung Kapuas Hulu

“Sebenarnya pembuatan biochar ini sangat mudah diterapkan oleh bapak dan ibu. Selain bahan baku yang ada sangat melimpah di sekitar lingkungan desa ini, secara umum juga sudah tidak asing. Dengan fungsi dari arang hasil pembakaran tersebut yang sama halnya dengan konsep membakar ladang. Hanya saja ada beberapa hal yang mesti diketahui oleh kita semua, yakni dengan membuat biochar ini kita lebih dapat mengendalikan dan mengurangi resiko kebakaran hutan,” jelas Bayu.

Sy Y Hadinata dari PRCF Indonesia menambahkan, dengan terlaksanakannya pelatihan ini masyarakat desa yang hidup berdampingan dengan hutan dan masih memanfaatkan hasil hutan agar lebih bijaksana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. “Saya sangat senang atas antusias Bapak dan Ibu sekalian yang rela meluangkan waktunya untuk mengikuti pelatihan pembuatan biochar ini. Harapan saya bagi Bapak dan Ibu  atas pengetahuan yang telah didapatkan dari pelatihan ini, untuk kemudian diterapkan dan disebarkan kepada keluarga dan/atau tetangga yang masih belum mengetahui tentang pembuatan biochar ini,” harapnya yang juga penanggung jawab pelatihan tersebut (yus/ros)