Budidaya ikan sudah tidak diasing lagi di tengah masyarakat. Tingkat konsumsi ikan yang semakin tinggi membuat teknik budidaya tumbuh di mana-mana. Di satu sisi, ikan liar yang biasa ditangkap di sungai atau danau semakin berkurang. Budidaya ikan menjadi solusi terbaik untuk memenuhi konsumsi masyarakat akan ikan.
Desa Nanga Jemah sendiri memiliki hutan desa yang sudah mendapatkan SK dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Di hutan desa itu warga dilarang melakukan deforestasi maupun degradasi hutan. Namun, warga dibolehkan untuk memanfaatkan atau memberdayakan hasil hutan bukan kayu.
Adanya hutan desa tersebut membuat persediaan air terjaga dengan baik. Lembaga Perhutanan Sosial Desa (LPHD) Nyuai Peningun dari Desa Nanga Jemah Kecamatan Boyan Tanjung Kapuas Hulu melihat potensi budidaya ikan. Lembaga yang didampingi PRCF Indonesia mendirikan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Silvofishery. KUPS inilah yang mewujudkan budidaya ikan di Desa Nanga Jemah.
Untuk saat ini, KUPS Silvofishery sedang membesarkan ikan bawal 6.000 ekor, paten 6.000 ekor, nila 18.000 ekor dan semah 1.200 ekor. Tinggal menunggu beberapa bulan lagi, KUPS ini akan melakukan panen perdana ikan air tawar. Apabila ini sukses, tentu berpengaruh besar bagi para anggota KUPS itu sendiri secara khusus dan bagi warga Nanga Jemah secara umum. Berpengaruh pada pendapatan mereka yang nantinya berujung pada tingkat kesejahteraan.
Panen memang belum dilakukan karena masih dalam proses pembesaran. Jadi, belum tahu seperti apa tingkat keberhasilannya. Seberapa pasar menyerapnya nanti. Nanti, potensi pasar sudah dijajaki. Artinya, ada pasar yang sudah siap menampung hasil panen nantinya. Bila demikian, budidaya tersebut memberikan harapan besar bagi KUPS Silvofishery meraih untung.
Langkah Awal
Budidaya ikan tersebut merupakan awal pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan Desa Nanga Jemah. Apabila ini sukses memberikan keuntungan besar, proses budidaya selanjutnya tentu akan dikembangkan lebih besar lagi. Untuk itu dalam proses menuju panen, upaya pendampingan semakin intensif dilakukan. Jangan sampai proses yang sedang berjalan terkendala oleh hal-hal yang bisa menggagalkan panen.
Dengan adanya budidaya ini membuat masyarakat memiliki alternatif pekerjaan. Selama ini ketika mereka mau makan ikan, harus memancing di sungai. Semua itu memerlukan waktu dan tenaga serta dapatnya ikan juga tidak menentu. Dengan adanya budidaya ikan ini, kebutuhan akan ikan bisa terpenuhi. Tidak perlu lagi mencari ikan jauh ke hulu sungai. Harapannya, budidaya ini harus sukses agar menjadi motivasi untuk melakukan budidaya berikutnya. (ros)