Salah satu gambar dari peserta lomba mewarnai yang digelar oleh PRCF

Pontianak (PRCF). Menjaga lingkungan dari kerusakan tangan manusia, bukan pekerjaan mudah. Perlu kesadaran tinggi. Untuk menyadarkan masyarakat perlu dilakukan sejak dini. Inilah yang dilakukan Yayasan PRCF Indonesia, menggelar lomba mewarnai gambar tingkat usia dini, SD, dan SMP.

“Menanamkan kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup perlu dilakukan dari usia dini. Kesadaran ini penting. Menjaga alam dari kerusakan bukan karena terpaksa. Bukan karena ada program, melainkan karena kesadaran. Lingkungan lestari itu sangat berpengaruh pada kehidupan manusia di sekitarnya. Kalau lingkungan rusak, manusia juga merasakan dampaknya,” kata Immanul Huda S Hut M Hut, Direktur Eksekutif  Yayasan PRCF Indonesia di kediamannya, Jumat (20/9/2019).

Dijelaskannya, untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya konvervasi atau menjaga lingkungan hidup perlu dilakukan dari usia dini. Salah satu caranya dengan menggelar Lomba Mewarnai Gambar. Lomba ini diikuti oleh anak usia dini, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

“Anak-anak itu adalah generasi mendatang, calon pemimpin dan pengganti yang dewasa sekarang. Kalau dari usia dini mereka sudah sadar lingkungan hidup, kita yakin saat dewasa nanti mereka lebih sadar lagi. Di tangan merekalah masa depan lingkungan hidup yang ada di Nanga Lauk,” tambah Pak Im-sapaan akrabnya.

Ditambahkan Rio Afiat, staf Program PRCF Indonesia yang terlibat dalam lomba tersebut. Lomba mewarnai tersebut sangat antusias diikuti oleh anak-anak. “Kita tak menyangka, pesertanya sangat ramai. Di sini membuktikan, anak-anak sangat senang dengan lomba mewarnai ini,” katanya.

Lomba tersebut baru saja digelar di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Desa yang terletak di pinggiran Danau Sentarum tersebut memiliki eksotisme alam luar biasa. Masyarakat desa sepenuhnya mengandalkan hasil alam seperti ikan, madu, dan perkebunan.

“Saat lomba, mereka kita arahkan untuk menggambar alam yang ada di sekitar mereka. Ada menggambar danau, sungai, dan sebagainya. Yang menarik, banyak di antaranya menggambar buaya senyulong atau tomistoma. Ini adalah buaya langka di Nanga Lauk dan merupakan hewan endemik,” jelas pria asal Jawai Sambas ini.

Buaya Tomistoma atau senyulong menjadi salah satu hewan sasaran program PRCF untuk dilindungi. Buaya ini hanya ada di Nanga Lauk. Hampir tidak ada di daerah lain teruma di Pulau Kalimantan. Jangan sampai hewan langka ini hilang dari peredaran.

“Lewat lomba mewarnai, kita ingin meninggalkan pesan atau mengingatkan masyarakat bahwa buaya senyulong itu sebagai indikator. Bila ia muncul, tandanya alam sekitar belum rusak, ikan banyak. Bila hewan itu hilang, petanda alam atau hutan rusak. Sebab, habitat utama buaya senyulong adalah hutan dan sungai,” papar Rio. (ros)