Dalam beberapa hari terakhir curah hujan semakin tinggi di Provinsi Kalimantan Barat. Memang belum ada daerah terkena banjir parah. Namun, ada di antaranya memperlihatkan banjir skala kecil. Salah satu di antaranya di sejumlah daerah di Kabupaten Kapuas Hulu.
Kapuas Hulu termasuk daerah rawan banjir. Padahal, kabupaten ini memiliki hutan sangat luas. Berkaca pada tahun 2022 lalu, dua kabupaten paling parah dilanda banjir yakni Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu. Biasanya banjir terjadi paling lama seminggu. Berbeda pada tahun lalu, banjir melanda sampai hampir dua bulan. Ekonomi warga banyak lumpuh. Inilah bencana banjir terbesar yang pernah terjadi di Kalbar. Sampai Presiden Jokowi turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi banjir di Sintang.
Tentunya semua tidak menginginkan banjir itu terjadi lagi. Lantas, apa yang mesti dilakukan agar tidak banjir lagi. Berikut ini sejumlah rekomendasi mencegah banjir:
- 1. Mengubah daerah rawan banjir menjadi daerah yang banyak resapan
Mengubah daerah rawan banjir menjadi daerah dengan banyak resapan air dapat dilakukan melalui beberapa cara yang melibatkan integrasi antara perencanaan wilayah, manajemen sumber daya air, dan partisipasi masyarakat. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menambah resapan, melakukan penghijauan dan reforestasi. Caranya, menanam pohon dan vegetasi lainnya yang dapat membantu menyerap air hujan dan meningkatkan kapasitas resapan tanah. Kemudian, membuat hutan kota atau taman dengan jumlah pohon yang banyak di area perkotaan.
Selain itu digalakkan pembuatan biopori atau membuat lubang resapan atau biopori yang berfungsi untuk menyerap air ke dalam tanah sehingga mengurangi risiko genangan air. Boleh juga membangun taman resapan dengan cara mengubah lahan kosong atau tidak terpakai menjadi taman resapan yang dilengkapi dengan tanaman dan tanah yang bersifat permeabel.
Boleh juga pembangunan sumur resapan di sejumlah titik untuk menampung air hujan dan kemudian membiarkannya meresap ke dalam tanah.
- 2. Penanaman pohon (reboisasi)
Pohon dapat membantu menyerap air dan mengurangi aliran permukaan yang dapat menyebabkan banjir. Aksi nyata penanaman pohon ini jangan berhenti. Tidak mesti dilakukan oleh pemerintah saja, mendorong partisipasi pihak swasta juga agar massif. Saat Presiden Jokowi datang ke Sintang, beliau dan jajarannya menanam pohon. Sebaiknya, aksi tersebut terus dilakukan jangan sampai berhenti. Lahan-lahan kosong cepat ditanami pohon agar terjadi resapan air yang baru.
- 3. Pengelolaan sumberdaya air secara menyeluruh
Pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan secara menyeluruh dan terus menerus. Caranya, meningkatkan kapasitas sumber daya air dengan mengurangi keterlussianan sumber daya air seperti réservoir atau tanggul untuk meningkatkan kapasitas menyimpan air. Kemudian, membuat bendungan atau embung untuk mengatur debit air. Lalu, menggunakan teknologi pengelolaan air yang semakin canggih untuk meningkatkan efisiensi penyimpanan air.
- 4. Membangun tanggul pengendali banjir
Ada baiknya pemerintah untuk membuat tanggul atau bendungan agar air bisa dikendalikan. Cuma cara ini membutuhkan waktu lama dan ketersediaan anggaran. Untuk Pemerintah Daerah sepertinya sangat berat bisa membangun bendungan. Pemerintah Pusat memiliki kemampuan ini.
- Membangun kesadaran masyarakat
Upaya apapun dilakukan tidak ada artinya bila masyarakat tidak memiliki kesadaran menjaga lingkungan sendiri. Hutan yang begitu luas, jangan lagi ditebang dengan alasan apapun. Sebab, sejauh ini hutan paling efektif menyerap air. Kemudian, sungai jangan dibuat dangkal dengan aktivitas tambang ilegal. Selebihnya, jangan buang sampah sembarangan. (ros)