Pontianak (PRCF) – Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Lauk Bersatu didampingi PRCF Indonesia kembali melakukan patroli Hutan Produksi Terbatas (HPT) dari 13-15 Januari 2020. Patroli kali ini agak berbeda. Patroli berdasarkan data satelit yang menginformasikan ada bukaan hutan.

“Ada informasi data satelit yang disampaikan oleh Pak Hendra (konsultan, red) bahwa ada bukaan hutan di kawasan hutan produksi terbatas Nanga Lauk. Berdasarkan data itulah kita melakukan patroli hutan. Begitu kita cek ke sana, bukan bukaan lahan melainkan ada danau kecil,” kata Conservation Specialist PRCF Indonesia, Yadi Purwanto di kantornya, Senin (20/1/2020).

Tim patroli hutan LPHD Lauk Bersatu
Tim patroli hutan LPHD Lauk Bersatu saat menjalankan tugasnya untuk memastikan tidak ada kerusakan hutan di Desa Nanga Lauk

Dijelaskan Yadi, informasi awal datang dari konsultan Hendra yang pernah datang sebelumnya ke Nanga Lauk. Hendra yang juga pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kalbar menginformasikan ada bukaan hutan di kawasan hutan Nanga Lauk. Titik koordinatnya ia sampaikan.

“Hari pertama patroli, kita langsung menuju titik koordinat yang disampaikan Pak Hendra. Kita bergerak ke arah utara Desa Nanga Lauk. Untuk menjangkau titik koordinat itu selalu menggunakan perahu motor, kita juga harus berjalan kaki kurang lebih dua kilometer. Begitu tiba di titik koordinat, hutannya masih utuh. Hanya ada danau kecil,” papar Yadi.

Di titik koordinat itu juga banyak ditemukan pohon prepat. Soal bukaan hutan atau lahan yang terbuka, hanya danau kecil. Di sekeliling danau justru hutannya masih terjaga dengan baik. Melihat fakta tersebut, tim patroli menyimpulkan, tidak ada bukaan lahan seperti diinformasikan sebelumnya. Setelah itu, tim kembali.

“Pada hari kedua patroli hutan, kita menyusuri Sungai Tomboru. Di sini kita menemukan ada bekas kebun lama. Tapi, sudah ditanami pohon puri atau kratum. Sepanjang sungai kita juga tidak menemukan terjadi kerusakan hutan,” tambahnya.

Di hari ketiga, tim melakukan patroli di HPT Nanga Lauk. Di areal ini, memang menjadi agenda rutin untuk dilakukan patroli. Tidak ada kerusakan hutan. Semua masih terjaga dengan baik. Tentunya, apa yang telah didapatkan, dilaporkan untuk dievaluasi.

“Selama patroli, kita banyak menemukan pohon cempedak air, pohon yang tinggi menjulang dan menjadi pohon primadona lebah. Setiap pohon cempedak air yang kita temukan, banyak sarang lebah. Pohon tersebut sudah dimiliki orang. Hanya pemiliknya yang boleh memanen madunya,” ungkap Yadi.

Selain itu, tim juga banyak menemukan pohon besar yang bernilai tinggi seperti pohon bintangor. Pohon tersebut masih terjaga dengan baik. Hal menarik lagi, tim banyak menemukan berbagai macam jenis tumbuhan kantong semar atau nepentes. “Banyak jenis nepentes kita temukan. Tanda hutan masih terjaga dengan baik,” tambah Yadi. (ros)