Desa Nanga Jemah Kecamatan Boyan Tanjung memiliki potensi hutan desa cukup besar. Bahkan, potensi hutan tersebut sudah menjadi perhatian dunia. Hal ini disampaikan oleh Kepala Desa Nanga Jemah, Mahrus Effendi.
“Hutan Nanga Jemah sudah lama menjadi perhatian dunia. Dengan adanya program ini, kita sebagai masyarakat desa harus memanfaatkannya sebaik-baiknya. Agar hutan bisa kita terjaga dengan baik, dan nanti bisa meningkatkan ekonomi masyarakat,” kata Mahrus Effendi dalam acara sosialisasi program konservasi hutan desa berupa pembiayaan imbal jasa ekosistem selama 25 tahun dengan didampingi PRCF Indonesia bekerja sama dengan TFCA Kelimantan, Kamis (22/4/2021).

Sosialisasi tersebut dilaksanakan di Kantor Desa Nanga Jemah. Perwakilan dari Kecamatan Boyan Tanjung juga hadir. Tidak ketinggalan perwakilan dari Polsek dan Babinsa Boyan Tanjung ikut hadir. Hal terpenting anggota LPHD Nanga Jemah yang akan menjadi mitra menghadiri kegiatan tersebut.
“Pada prinsipnya, kita sangat menyambut baik program ini. Kita akan memberikan dukungan penuh. Dengan harapan apa yang telah direncakan dari program ini benar-benar memberikan manfaat besar bagi masyarakat Nanga Jemah,” harap Mahrus.
Perwakilan Camat Boyan Tanjung juga ikut memberikan dukungan. “Nanga Jemah menjadi desa pilihan untuk program ini. Artinya, desa ini punya kelebihan di antara 278 desa lainnya di Kapuas Hulu. Seyogyanya kita harus mendukung dan menyukseskan program ini,” ajaknya.
Nanga Jemah menjadi desa ketiga yang disinggahi rombongan Tim Lanskap Selatan Kapuas Hulu ini. Mereka juga personel dari PRCF Indonesia. Sebelumnya mereka terlebih dahulu melakukan sosialisasi di Nanga Betung dan Sriwangi.
Dukungan Parapihak
Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut ikut memberikan sambutan dalam kegiatan tersebut. Di hadapan hadirin, Imanul menjelaskan, program ini masih dalam tahap sosialisasi. Kehadiran mereka kali ini untuk mendapatkan Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (Padiatapa). Apabila seluruh pihak dari Nanga Jemah setuju, tentunya program ini akan berjalan sesuai rencana.

“Tujuan datangnya PRCF di Nanga Jemah adalah mendorong percepatan pembangunan di desa sampai menuju kemandirian terutama dalam mengelola hutan desa. Untuk mewujudkan ini perlu dukungan parapihak. Tanpa itu sesuai tentunya akan sulit program ini terwujud di sini,” kata Imanul.
Imanul yakin, program konservasi hutan desa bisa berjalan sesuai rencana. Hal ini terlihat dari semangat dari Pemerintah Desa, LPHD maupun masyarakat desanya sendiri. “Muara dari program ini adalah kemandirian yang tentunya untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri,” ujarnya.
Program Manager, Ali Hayat juga ikut memberikan penjelasan terkait program yang akan diterapkan di desa itu. Begitu juga program specialist conservation, Yadi Purwanto juga menjelaskan soal teknik patroli hutan.
Setelah melakukan sosialisasi di Nanga Jemah, Imanul Huda beserta rombongan kembali ke Putussibau. Tinggal satu desa lagi tersisa yang belum dilakukan sosialisasi, yakni Desa Tanjung. (ros)