Desa Sriwangi Kecamatan Boyan Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu menjadi desa kedua dikunjungi rombongan PRCF Indonesia. Warga desa ini menyambut baik program konservasi hutan desa yang ditawarkan PRCF bekerja sama dengan TFCA Kalimantan.
“Rencana kami akan mengembangkan tanaman yang menghasilkan seperti petai, jengkol, kopi dan lainnya,” tanggapan salah satu warga Sriwangi saat mengikuti sosialisasi program konservasi hutan desa berupa pembiayaan imbal jasa ekosistem selama 25 tahun dengan didampingi PRCF Indonesia bekerja sama dengan TFCA Kelimantan, Rabu (21/4/2021).
Sosialisasi tersebut digelar Kantor Desa Sriwangi. Perwakilan Kecamatan Boyan Tanjung ikut hadir. Tidak ketinggalan perwakilan Polsek, Babinsa serta tokoh masyarakat juga hadir. Termasuk juga LPHD Sriwangi yang nantinya menjadi mitra dalam program ini.
Warga Sriwangi yang lain juga mendukung program tersebut. “Kami sudah menjaga hutan sejak lama. Namun, beberapa tahun terakhir pendampingan turun naik. Usaha KUPS juga mandek. Kami berharap program ini betul-betul memberikan manfaat bagi kami,” harap mereka.
Dalam kesempatan perwakilan Camat Boyan Tanjung menyatakan, pihaknya harus menelaah, memahami apa program yang ditawarkan oleh PRCF Indonesia. “Kita harus pastikan program tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Harapan kami semoga dengan adanya program hutan desa bisa memberikan solusi masalah penambangan emas ilegal,” harapnya.
Perlu Sinergisitas
Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut di depan perwakilan warga Sriwangi menjelaskan bahwa program konservasi hutan berupa kema pembiayaan imbal jasa ekosistem selama 25 tahun. TFCA Kalimantan siklus 5 ini akan mendukung penyiapan proses pembiayaan imbal jasa ekosistem ini. Untuk merealisasikan program tersebut butuh sinergisitas semua pihak.
“Membangun hutan desa bukan hal murah dan mudah. Untuk itu perlu sinergitas parapihak sangat dibutuhkan guna mencapai cita-cita bersama. Pada prinsipnya kami akan mendampingi bapak-bapak dan ibu-ibu dalam menjalankan program ini. Kami yakin bila dijalankan dengan konsisten dengan dukungan parapihak tadi, program ini pasti berjalan sesuai rencana,” jelas Imanul.
Ditambahkan Yadi Purwanto, program specialist conservation mengatakan, untuk memastikan kelestarian hutan, perlu dilakukan patroli rutin berbasis spasial. “Kita minta didampingi oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas agar dalam pelaksanaannya berjalan lancar tanpa ada gangguan,” tambahnya.
Program Manager, Ali Hayat ikut menambahkan. Dia mengatakan, analisis kelayakan bisnis menjadi penting sebelum melakukan produksi. “Mulai dari kelembagaannya, sumberdaya bahan baku, sarpras kita sediakan, yang paling penting adalah pasar. Baru kita mulai bisnis tersebut,” katanya.
“Tujuan program TFCA-Kalimantan ini selaras dengan visi-misi PRCF Indonesia yakni melindungi keanekaragaman hayati dan kelestarian hutan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi emisi karbon dan berbagi ide dan gagasan dan pengalaman,” tambah Ali. (ros)