Ekowisata Nanga Lauk

Ekowisata Desa Nanga Lauk mulai menggeliat semenjak LPHD Lauk Bersatu melalui KUPS Ekowisatanya membeli kano. Sungai Lauk yang persis berada di depan Kantor LPHD dijadikan lokasi untuk ekowisata tersebut.

“Sudah seminggu ini, KUPS Ekowisata melakukan bisnis penyewaan kano. Untuk satu jam Rp10 ribu. Alhamdulilah pendapatan untuk tiga hari saja mencapai Rp600 ribu,” kata Specialist Program Corservation PRCF Indonesia, Erik Munandar S Hut, Kamis (6/10/2022).

Desa Nanga Lauk memiliki potensi ekowisata cukup besar. Itu sebabnya LPHD Lauk Bersatu saat di awal pendiriannya membentuk KUPS Ekowisata. Untuk membangun sektor ini memang tidak mudah, butuh perencanaan dan persiapan SDM yang tidak lama.

Warga Desa Nanga Lauk saat menyewa kano dari KUPS Ekowisata untuk menyusuri Sungai Lauk
Warga Desa Nanga Lauk saat menyewa kano dari KUPS Ekowisata untuk menyusuri Sungai Lauk

“Untuk sementara, LPHD mencoba memanfaatkan potensi sungai yang ada di depan kantor. Kebetulan sangat potensi dijadikan arena untuk berkayuh dengan kano. Ada lima kano yang dibeli beberapa waktu. Bila bisnis kano ini prospeknya bagus, tentu akan ditingkatkan dengan memperbanyak pembelian kano lagi,” ungkap alumni Fakultas Kehutanan Untan ini.

Bukan hanya soal kano saja, perlengkapan lain juga disiapkan untuk menjaga keselamatan penyewa. Di antaranya penyewa wajib memakai baju pelampung. Hal ini penting agar penyewa merasa nyaman dan tidak was-was saat berkayuh atau berdayung di atas sungai. Selain itu, pihak KUPS juga akan mengawasi penyewa saat di atas sungai.

Warga Desa Nanga Lauk saat menyewa kano dari KUPS Ekowisata untuk menyusuri Sungai Lauk
Lima warga Desa Nanga Lauk berpose di depan Kantor LPHD Lauk Bersatu dan Rumah Bambu sebelum berdayung menggunakan kano

“Semua ada standar operasional prosedurnya. Hal pertama yang diperhatikan menjaga keselamatan penyewa. Selain menggunakan baju pelampung, pihak KUPS menyiapkan personelnya untuk mengawasi penyewa. Saat ada masalah, personel inilah yang melakukan pertolongan secara cepat,” ungkap Erik.

Untuk saat ini, para penyewa hanya warga lokal atau warga Desa Nanga Lauk saja. Anggap saja ini sebuah latihan dalam mengelola penyewaan kano. Apabila mereka sudah terampil mengelola ini, nantinya bisa dipromosikan ke warga di luar Nanga Lauk.

Kreativitas Anak Muda

Adanya penyewaan kano yang mulai mendatangkan penghasilan itu mendapat respons positif dari Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut. Ia merasa senang dan mengucapkan, alhamdulillah. Ucapan itu sebagai sebuah rasa syukur bahwa KUPS Ekowisata Desa Nanga Lauk mulai berjalan dan memperlihatkan kinerjanya.

“Saya melihat anak muda Nanga Lauk mulai memperlihatkan kreativitasnya. Para pengurus LPHD dan KUPS nya memang banyak masih muda. Adanya penyewaan kano tersebut memperlihatkan kreavitas positif anak muda untuk memajukan desanya sendiri,” kata Imanul.

PRCF Indonesia sebagai pendamping dari LPHD Lauk Bersatu beserta KUPS-nya tentu terus mendorong upaya seperti itu. Setiap KUPS harus mampu mengelola setiap potensi yang ada di Nanga Lauk. Sungai dan danau yang dimiliki Nanga Lauk sebuah potensi besar untuk sektor ekowisata.

“Sekarang sudah dimulai dengan menjadikan Sungai Lauk sebagai tempat ekowisata. Apabila dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin Nanga Lauk menjadi tujuan ekowisata bagi warga luar,” tambah Imanul. (ros)