Enam jenis pohon yang biasa ditanam dalam program agroforestry oleh LPHD Lauk Bersatu. Didampingi PRCF Indonesia, LPHD Lauk bersatu sudah beberapa kali melakukan penanaman bibit pohon di lahan kritis.

Khusus untuk wilayah Desa Nanga Lauk ada enam jenis pohon yang ditanam untuk program agroforestry. Keenam jenis pohon itu ada yang ditanam untuk jangka menengah dan jangan panjang. Berikut ini enam jenis pohon yang ditanam untuk agroforestry:

  1. Pohon pertukangan, Kawi (Shorea balangeran)

Warga Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu menyebutnya dengan pohon kawi. Pohon paling banyak dijumpai di hutan desa Nanga Lauk. Bisa dikatakan pohon kawi, pohon endemik di kawasan hutan tersebut. Pada saat patroli hutan, masih banyak ditemukan pohon kawi ini. Ada yang berukuran raksasa, ada juga berukuran sedang. Pohon ini sering dimanfaatkan oleh warga untuk pertukangan atau membuat rumah.

Pada program agroforestry, bibit pohon kawi dipilih untuk ditanam di lahan terbuka. Karena pohon ini endemik, jadi tidak susah untuk mencari bibitnya di hutan.

  1. Pohon pakan orangutan, Dadak (Artocarpus sp)

Pohon Dadak juga banyak ditemukan di hutan desa Nanga Lauk. Pucuk dari pohon ini merupakan makanan orangutan. Tidak heran apabila sewaktu-waktu muncul orangutan di hutan desa Nanga Lauk. Kemunculan orangutan biasa berada di pohon dadak untuk memakan pucuknya.

Pada program agroforestry, LPHD Lauk Bersatu menjadikan pohon dadak untuk disemaikan. Bibit pohon tersebut kemudian ditanam di lahan terbuka dengan harapan suatu saat nanti bisa mengundang orangutan untuk datang.

  1. Pohon bahan tikung, Medang (Litsea sp)

Pohon Medang juga termasuk pohon yang banyak ditemukan di hutan desa Nanga Lauk. Pohon ini biasanya digunakan oleh warga Nanga Lauk untuk membuat tikung (tempat lebah membuat sarang). Dengan tikung ini, lebah hutan menjadi mudah membuat sarang.

Dalam program agroforestry, pohon Medang ini banyak dibibitkan kemudian ditanam di lahan terbuka. Pohon yang ditanam tersebut tujuannya suatu saat nanti warga tidak kesulitan mencari kayu untuk membuat tikung.

Ketiga jenis pohon tersebut untuk program agroforestry jangan panjang. Karena, proses tumbuh dari bibit menjadi besar butuh waktu lama. Setelah kayu itu ditanam, ada program perawatan misalnya dengan mengasih pupuk secara berkala. Tujuannya agar pohon yang ditanam tidak mati dan terus tumbuh menjadi besar.

  1. Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

Selain pohon, program agroforestry juga menanam nanas. Tanaman ini sudah sangat familiar dan sangat mudah ditanam. Perawatannya juga tidak susah. Nanas ditanam selain untuk memanfaatkan lahan kritis agar memberikan nilai tambah, juga bisa menjadi sumber pangan bagi warga Nanga Lauk.

  1. Pisang (Musa acuminata)

Tanaman pisang juga sudah sangat akrab bagi warga Nanga Lauk. Cuma, selama ini pisang ditanam hanya pekarangan rumah, tidak ditanam dalam jumlah besar. Dengan adanya program agroforestry, pisang juga dimanfaatkan untuk menambah lahan kritis yang selama ini hanya berupa belukar. Dengan pisang ini, warga bisa memanfaatkan buahnya untuk pangan.

  1. Pinang (Areca catechu).

Pinang semakin digemari di Nanga Lauk. Sebab di beberapa daerah, pohon pinang memiliki nilai ekonomi tinggi. Banyak yang membudidayakan pohon pinang. Program agroforestry akan mengenalkan pohon pinang ini untuk ditanam oleh warga. Pinang sangat mudah untuk dibudidayakan dan tidak susah perawatannya. (ros)