Hariska

Program Sustainable Commodities Conservation Machanism (SCCM) sejak tahun 2019 sudah diterapkan di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Setiap program pasti ada evaluasi. Hal inilah yang dilakukan PRCF Indonesia sebagai fasilitator melakukan evaluasi bersama LPHD dan tokoh masyarakat Nanga Lauk, 29-31 Juli 2022 lalu.

Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut hadir langsung dalam kegiatan evaluasi itu. Pak Im, sapaan akrab beliau, berharap agar sinergisitas antara LPHD Lauk Bersatu dan masyarakat serta PRCF selaku pendamping dapat terus terbangun.

“Salah satu yang perlu kita capai bersama adalah adanya Peraturan Desa atau Perdes tentang perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam. Kalau sudah ada Perdes itu, setidaknya wewenang kita dalam menjaga dan mengelola hutan desa menjadi lebih kuat,” kata Imanul.

Alumni Fakultas Kehutanan Untan ini juga menyikapi gagasan perluasan kawasan lindung. Dia berharap hal itu dapat segera terrealisasi untuk meminimalisasi kegiatan perambahan atau alih fungsi kawasan.

Hadir pula jurnalis lingkungan senior, Andi Fachrizal (48), yang diplot sebagai evaluator eksternal dalam kegiatan ini. Kehadirannya dimaksudkan untuk menambah daya analitis terhadap keberlangsungan program sehingga dapat menjadi saran untuk kegiatan pendampingan ke depannya.

Andi menyikapi kepengurusan baru LPHD Lauk Bersatu yang saat ini dipimpin oleh perempuan muda, Hariska (27). Sebagian besar anggota LPHD juga merupakan perempuan dan berusia muda. Menurutnya, hal ini cukup unik mengingat di berbagai tempat, kepengurusan LPHD umumnya dipegang oleh laki-laki.

Program livelihood
Seorang ibu sedang menyalai ikan air tawar yang nantinya menjadi salah satu komoditas utama warga Desa Nanga Lauk

“Secara kapasitas, pengurus LPHD saat ini mungkin belum berpengalaman karena mereka umumnya masih muda. Namun selama mereka mau belajar, mau bertanya pada pendahulu dan tokoh-tokoh masyarakat, LPHD ke depannya bisa lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya.

“Pendidikan yang mereka dapatkan di bangku kuliah, jika disandingkan dengan pengalaman langsung di lapangan, itu bisa menjadi modal yang sangat baik untuk pengelolaan Hutan Desa di Nanga Lauk,” jelas Andi atau akrab disapa Daeng.

Perlu Bimbingan

Sementara itu, Ketua LPHD Lauk Bersatu, Hariska S Hut sangat senang dengan evaluasi program SCCM itu. Ia menjadi tahu apa saja capaian yang telah dihasilkan dan tahu juga kelemahan atau kekurangan. Dari evaluasi ini ia bersama rekan pengurus yang lain akan terus meningkatkan kemampuan.

“Saya dan seluruh pengurus masih perlu bimbingan lebih lanjut dari PRCF Indonesia. Upaya pengelolaan hutan tidak bisa semata mengandalkan LPHD semata, perlu pihak lain seperti PRCF untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,” kata Hariska.

“Dari sisi kapasitas, sumber daya manusia di LPHD Lauk Bersatu belum kuat. Kami masih harus belajar banyak dari pengurus terdahulu dan penguatan kapasitas dari lembaga pendamping seperti PRCF Indonesia,” tutupnya. (roj/ros)