Desa Nanga Jemah

Festival Hutan Desa  (FHD) siap digelar di Lapangan Sepakbola Desa Nanga Jemah Kapuas Hulu, 26 April 2024. FHD ini digelar sampai 28 April, pada hari pertama diawali dengan seminar dan peresmian Kantor LPHD Nyuai Peningun.

“Sejauh ini persiapan pembukaan Festival Hutan Desa sesuai rencana. Tinggal pembukaan saja esok. Semoga saat pembukaan maupun selesai festival sesuai dengan harapan semua pihak,” kata Manager Program Rimba Pakai Kemuka Ari, PRCF Indonesia, Ir Ali Hayat, Kamis (25/4/2024).

Dijelaskan alumni Fakultas Kehutanan Untn ini, pada hari pertama festival ini diawali dengan seminar yang mengundang para ahli dan pemangku kepentingan. Seminar tersebut mengangkat tema-tema krusial seputar isu lingkungan dan hutan desa. Program Rimba Pakai Kemuka Ari akan dipaparkan oleh pihak PRCF Indonesia. Dilanjutkan materi Pengembangan Perhutanan Sosial oleh KPH Kapuas Hulu Selatan.

“Hubungan antara pembangunan desa dan eksistensi hutan desa akan disampaikan oleh Pemerintah Desa Nanga Jemah. Selain itu, LPHD Nyuai Peningun juga turut berbagi tentang upaya pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi alternatif bagi masyarakat lokal,” papar Hayat.

Pengurus LPHD Nyuai Peningun yang menyelenggarakan Festival Hutan Desa Nanga Jemah 2024

Setelah berlangsungnya seminar, dilanjutkan dengan acara Pembukaan Festival Hutan Desa. Dimulai dengan kata sambutan dari Panitia Festival Hutan Desa Nanga Jemah 2024, diikuti sambutan Kepala Desa Nanga Jemah, Camat Boyan Tanjung. Terakhir, pembukaan FHD oleh Bupati Kapuas Hulu atau yang mewakili.

“Hal yang penting juga, Bupati akan meresmikan Kantor LPHD Nyuai Peningun. Dengan adanya kantor sebagai bukti eksistensi LPHD dalam mengelola hutan desa,” tambah Hayat.

Meninjau Stand

Bupati atau yang mewakili usai meresmikan Kantor LPHD Nyuai Peningun akan meninjau stand pameran. Selain stand yang disiapkan untuk masyarakat setempat berjualan produk, PRCF sebagai lembaga pendamping LPHD juga mendirikan stand di FHD itu. Stand dari LPHD dampingan PRCF Indonesia dari Desa Nanga Betung, Sri Wangi, Tanjung, dan Penepian Raya.

“Festival ini bukti adanya keterlibatan masyarakat dalam upaya pelestarian hutan dan pengembangan ekonomi lokal,” ujar Hayat.

FHD  tidak hanya menjadi ajang untuk merayakan kekayaan alam dan budaya lokal, tetapi juga menjadi panggung bagi berbagai pemangku kepentingan untuk bersatu dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan memajukan pembangunan lokal. Diharapkan, melalui kerjasama yang solid antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait, Desa Jemah dapat menjadi contoh yang menginspirasi bagi daerah-daerah lain dalam menjalankan prinsip pembangunan berkelanjutan. (ros)

Leave A Comment