Ketika program pertanian berkelanjutan dalam proyek yang didukung oleh MCAI mulai diperkenalkan kepada masyarakat di Desa Nanga Yen, ada seorang Ibu yang begitu antusias untuk belajar pola pertanian yang ramah lingkungan dan rencah biaya. Sejak Agustus 2016, Konsosrsium Aliansi Organis Indonesia (AOI) mulai memperkenalkan secara intensif pertanian berkelanjutan dengan pendekatan pertanian organik melalui kegiatan pelatihan dan sekolah lapang pertanian berkelanjutan. Petani dilibatkan dalam proses pembuatan pupuk, pestisida dan herbisida secara alami. Proses transfer pengetahuan ini membuat kesan tersendiri bagi ibu Kartini, 40 tahun. Ia begitu tekun dan rajin mencermati pengetahuan yang disampaikan oleh pelatih.

Dalam kesehariannya, Ibu dua anak ini biasa memproduksi ragi tempe. Kini beliau memiliki pengetahuan tambahan tentang cara membuat pupuk organik cair, herbisida dan pestisida alami. Dengan bekal pengetahuan yang didapat dari pelatihan, Ibu Kartini sudah mulai mempraktekkan di lahan usahanya sendiri. Bahkan karena kemampuannya untuk bercerita ukup baik, beliau sering mewakili anggota kelompoknya untuk berbagi cerita kepada petani lainnya dalam even pameran baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun sampai ke Sumatera dan Bogor.

Alasan kuat dari Ibu Kartini untuk terlibat dalam proses belajar adalah “Selama ini kami memang tidak menggunakan pupuk kimia dari toko karena keterbatasan biaya untuk membeli pupuk. Namun untuk menangani gulma dan hama lainnya, kami membeli herbisida dan pestisida dari toko. Sehingga kami harus menyiapkan dana khusus untuk membeli racun-racun tersebut. Jadi kami harus berubah dari cara lama dalam mengelola lahan sawah kami. Untuk itu lah ketika saya mendapatkan pengetahuan tentang cara membuat pupuk, herbisida dan pestisida alami, saya semangat untuk belajar. Dan sekarang saya sudah bisa menerapkan pengetahuan yang diterima bersama beberapa anggta kelomok tani lainnya. Semoga hasil belajar ini benar-benar bisa membawa perubahan bagi usaha pertanian kami”.

Desa Nanga Yen memiliki potensi pertanian lahan basah cukup luas sekitar 150 hektar, baru sebagaian kecil (58 hektar) yang dikelola secara intensif. Hamparan lahan yang cukup landai berada dikaki perbukitan kawasan hutan desa, mereka kelola untuk pertanian lahan basah dengan bercocok tanam padi. Kegiatan ini sudah lama dilakukan oleh para tetua di kampung dengan cara konpensional. Pada umumnya untuk menyiapkan lahan, mereka lakukan dengan cara tebas bakar. Kemudian mereka mengenal pupuk kimia dari para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) serta penggunaan herbisida dan pestisida yang harus dibeli dari toko. Sementara hasil padi dari lahan pertanian mereka tidak meningkat signifikan.

Dari hasil sekolah lapang, Ibu Kartini dan beberapa anggota kelompok tani lainnya sudah dapat memproduksi pembuatan pupuk kompos, herbisida dan pestisida alami. Produksi Ibu Kartini dan anggota kelompok tani lainnya dapat mengurangi pengeluaran atau menekan biaya produksi. Perlakukan yang diberikan ini telah berkontribusi bagi peningkatan kesuburan tanah, kesehatan tanaman dan peningkatan produksi. Hasil demplot yang telah dilakukan bersama petani menunjukan produksi beras yang dihasilkan mencapai 3 ton per hektar, jika nilai jualnya sekitar Rp 23.000/kg maka pendapatan petani per hektar mencapai Rp 69.000.000 ha/musim tanam.

Selain aktif di kelompok tani, Ibu Kartini juga aktif di Koperasi Unyap Bina Usaha. Atas kemampuan yang dimiliki saat ini, Ibu Kartini dipercaya untuk mengurusi bidang pertanian organik yang bertanggung jawab di sector produksi dan pasca panen pada Koperasi Unyap Bina Usaha. Suatu pengalaman yang menarik bagi ibu Kartini, berbekal pengetahuan yang baru beliau bisa berkunjungan ke banyak tempat untuk berbagi ilmu pertaniannya.

Oleh Imanul Huda