Jenis ikan di perairan Desa Nanga Lauk terbilang banyak. Namun, ada beberapa jenis saja yang biasa ditemukan dikonsumsi warga. Di antara jenis ikan tersebut di antaranya ikan toman, buntal, baung, patik, bantak ulu, lais, palau, dan tapah.
“Desa Nanga Lauk selain terkenal dengan madu hutannya, juga terkenal dengan hasil ikan tawarnya. Banyak jenis ikan bisa dikonsumsi di sana. Potensi ikannya sangat melimpah dan menjadikannya sebagai salah satu sumber pendapatan warga,” kata spesialis program conservation PRCF Indonesia, Yadi Purwanto S Hut, Rabu (29/4/2020).
Desa Nanga Lauk sebagian besar adalah hutan, sungai, rawa, dan danau. Dengan kondisi geografis seperti itu menjadi tempat potensi berbagai jenis ikan. Apalagi di sana ada dua danau yang menjadi sumber air tawar utama.
Jenis ikan paling bernilai tinggi adalah ikan toman (snake head). Ikan toman banyak dipelihara warga dalam keramba. Keramba itu ditambatkan di tepi sungai depan rumah. Ikan toman itu dipelihara dari anakan sampai menjadi besar. Anakan toman itu diambil dari sekitar sungai dekat hutan desa.
ikan lain yang biasa ditemukan di Nanga Lauk di antaranya ikan baung, patik, bantak ulu, lais, palau, dan tapah. Biasanya banyak dijadikan ikan asin. Begitu sudah banyak, biasanya dijual ke luar daerah. Banyak juga dijadikan penganan seperti kerupuk basah.
Besarnya potensi ikan ini membuat PRCF Indonesia yang mendampingi LPHD Lauk Bersatu membentuk Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Ikan. KUPS Ikan inilah akan memanfaatkan potensi ikan Nanga Lauk menjadi lebih berdaya. PRCF juga sudah mendata jenis ikan tersebut.
Satwa Sekitar Hutan Desa
Selain mendata berbagai jenis ikan, LPHD Lauk Bersatu yang didampingi PRCF juga mendata satwa yang ada di hutan desa maupun hutan produksi terbatas. Pendataan dilakukan bila melakukan patroli hutan. Pada 28 Februari 2020 lalu, tim patroli hutan LPHD kembali melakukan patroli hutan.
Dari hasil patroli hutan tersebut diperoleh 15 kali perjumpaan dengan satwa. Dari perjumpaan itu ada 14 kali perjumpaan langsung dan 1 kali secara tidak langsung. Dari 14 kali perjumpaan langsung itu, 11 kalinya berjumpa dengan burung, 3 kali dengan mamalia. Sedangkan dari 1 kali perjumpaan tidak langsung hanya suara burung.
Di antara jenis burung yang ditemui secara langsung itu adalah Bekaka (Pelargopsis capensis), Cico (Aegithina viridissima), Denang Air (Anhinga melanogaster), Punai (Treron curvirostra ), Rangkong (Rhyticeros undulatus), Rui (Anthracoceros malayanus), Tinjau (Copsychus saularis). Sedangkan jenis mamalia yang ditemukan Kera dan Tupai. (ros)