Saat ini orang sudah sangat sulit pisah dari gadget atau handphone (Hp). Hp sudah menjadi bagian dari hidup. Pengaruh gadget ini sedikit banyak menurunkan minat masyarakat untuk membaca buku. Ditambah lagi adanya gerakan papperless (no kertas) di mana banyak lembaga menerapkan pemerintah maupun swasta mulai menggunakan dokumen elektronik. Belum lagi ada adanya format buku PDF, semakin menjauhkan masyarakat dari buku.

Memang banyak buku dalam bentuk PDF. Namun, banyak masyarakat tidak terbiasa membaca buku elektronik. Hp lebih banyak digunakan masyarakat untuk bermain media sosial ketimbang mambaca buku elektronik. Fenomena ini membuat minat masyarakat membaca buku semakin turun.

Berdasarkan data United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizatoin (UNESCO) di tahun 2016 Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara di dunia.  Selain itu, berdasarkan data UNESCO minat membaca masyarakat Indonesia sangat rendah. Di mana hanya 0,001 persen atau 1 dari 1.000 orang di Indonesia yang rajin membaca.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 disebutkan tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia secara keseluruhan berada di angka 59,52 dengan durasi membaca 4-5 jam per minggu dan 4-5 buku per triwulan. Data ini memperlihatkan betapa rendahnya minat baca buku masyarakat.

Fenomena minat rendah membaca buku juga terjadi di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Sebagai bukti, beberapa tahun lalu Desa Nanga Lauk sudah memiliki perpustakaan. Banyak koleksi bukunya. Perpustakaan lebih dikhususkan untuk pelajar. Seiring perjalanan waktu, perpustakaan tersebut semakin sepi karena rendahnya minat baca. Sungguh sangat disayangkan apabila koleksi buku di dalamnya tanpa dibaca.

Dihidupkan Kembali

PRCF Indonesia mencoba untuk menghidupkan kembali perpustakaan desa itu. Lewat lembaga dampingannya, LPHD Lauk Bersatu, bersama-sama untuk membuka kembali perpustakaan dengan semangat baru. Niat ini seperti gayung bersambut. Pihak LPHD yang diketuai Hariska setuju. Pihak Pemerintah Desa Nanga Lauk juga gembira bila perpustakaan bisa kembali dikunjungi warga.

Sebagai langkah pertama, nama perpustakaan diganti menjadi Perpustakaan Lestari Denala. Denala sendiri singkatan dari Desa Nanga Lauk. Pihak LPHD Lauk Bersatu siap melakukan pembinaan dan pengelolaan terhadap perpustakaan itu. Program kerja sudah dirumuskan dan siap untuk diimplementasikan. Sebagai kerja pertama, beberapa hari lalu, anak-anak di Nanga Lauk diajak berkunjung ke perpustakaan. Perpustakaan pun kembali ramai. Ini merupakan awal untuk menceriakan kembali perpustakaan. Semakin banyak berkunjung ke perpustakaan, tentu banyak juga buku yang dibaca. Dengan membaca, ilmu pengetahuan dan wawasan akan bertambah. Harapannya, dengan banyak membaca buku, masyarakat Nanga Lauk semakin cerdas dan memiliki wawasan luas. (ros)