Fernando Potes saat berkunjung ke Kantor Bappeda Kapuas Hulu

Pontianak (PRCF) – Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu tidak bisa dipisahkan dari PRCF Indonesia. Di desa itulah berbagai program diimplementasikan. Cuma, perlu diingat, kehadiran PRCF bukanlah memberikan bantuan, melainkan ingin Nanga Lauk menjadi desa mandiri.

“Program PRCF di Nanga lauk bukan merupakan bantuan, melainkan kerja sama antara LPHD, PRCF dan pihak investor. Tujuan utamanya untuk menjadikan Nanga Lauk desa mandiri. Mandiri baik ekonomi, pengelolaan hutan dan aspek lainnya. Intensitas pendampingan pada tahun kelima sampai ke-10  akan semakin berkurang, namun kapasitas masyarakat harus semakin meningkat,” kata Presiden Direktur PRCF Indonesia, Dr L Fernando Potes Sanchez usai berkunjung ke Kantor Bappeda Kapuas Hulu, Selasa (28/1/2020).

Menurut pria berkebangsaan Kolombia ini, PRCF menginginkan Nanga Lauk mandiri dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Nanga Lauk memiliki hutan desa dan hutan produksi terbatas. Ada danau di dalamnya. Ada juga sungai. Semua itu adalah harta karun buat Nanga Lauk.

“Dengan pendampingan yang kita lakukan, masyarakat Nanga Lauk menjaga dengan baik hutan yang dimiliki. Lalu, kita dampingi mereka untuk bisa meningkatkan kemampuan memanfaatkan hasil hutan non kayu agar pendapatan mereka meningkat,” tambah Fernando yang lebih banyak tinggal di Thailand.

Di tempat sama, Kepala Bappeda Kapuas Hulu, H Abang M Nasir menyambung baik kunjungan Fernando yang didampingi Manajer Program PRCF Indonesia, Rio Afiat. Kehadiran PRCF di Bumi Uncak Kapuas jelas sangat mendukung program pemerintah daerah. Kerja sama adalah kuncinya agar selaras.

“Kerja sama para pihak dalam membangun desa sangat penting. Semoga Nanga Lauk bisa menjadi contoh untuk desa lain. Program konservasi dapat direplikasi ke desa lain,” harap M Nasir.

Saat menerima kedatangan Fernando dan rombongan, M Nasir didampingi Sekretaris Bappeda Kapuas Hulu, Indra Kumara. Sempat diskusi kecil soal keberadaan PRCF Indonesia. Banyak masukkan dari Bappeda yang tentu menjadi perhatian untuk PRCF.

Ditambahkan Rio, program PRCF di Nanga Lauk sejak  September 2019 di antaranya  peningkatan kapasitas kelompok berupa pelatihan pengembangan bisnis, patroli rutin di kawasan hutan desa. Saat ini PRCF sedang membangun Kantor LPHD Lauk Bersatu. Progressnya sudah mecapai 80 persen. LPHD sendiri adalah mitra utama PRCF.

“LPHD dibentuk oleh Pemerintahan Desa Nanga Lauk yang difasilitasi oleh PRCF. Anggota LPHD seluruhnya dari warga Nanga Lauk itu sendiri. Lembaga inilah yang menjadi pengelola hutan di sana. Sementara PRCF yang akan selalu mendampingi LPHD,” jelas Rio.

Setelah dari Kantor Bappeda, Fernando melanjutkan kunjungan ke KPH Kapuas Hulu Utara dan Tanjung. Pada 29 Januari, Fernando bertolak menuju Pontianak transit sebentar untuk melanjutkan penerbangan ke Kalimantan Utara (ros)