Tim patroli Nanga Jemah

Sungguh sangat beruntung ada desa masih memiliki hutan desa. Sementara sebagian besar desa lainnya sudah tidak memiliki hutan. Hutan hanya cerita. Flora dan fauna di dalam hutan hanya tahu lewat buku maupun internet. Sementara wujud aslinya tidak pernah dilihat lagi.

Fokus ke desa yang masih memiliki hutan. Kebetulan PRCF Indonesia mendampingi pengelolaan hutan di lima desa di Kabupaten Kapuas Hulu. Kelimat desa itu adalah Desa Nanga Lauk di Kecamatan Embaloh Hilir, Desa Nanga Jemah, Nanga Betung, Sri Wangi di Kecamatan Boyan Tanjung. Terakhir Desa Tanjung di Kecamatan Mentebah. Kelima desa itu sangat beruntung masih memiliki hutan dan disahkan lewat SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dengan adanya SK tersebut, hutan desa itu tidak boleh lagi dirambah, dirusak, apalagi diubah menjadi alih fungsi lahan. Pidana bisa mengancam.

Untuk memastikan tidak ada kerusakan hutan desa itu, kelima desa itu membentuk Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD). Dari lembaga ini melahirkan tim patroli hutan. Dengan dampingan PRCF Indonesia, kelima desa itu secara regular melakukan patroli untuk memastikan tidak ada kerusakan hutan. Tim patroli hutan ini tidak sekadar menjaga hutan saja, melainkan mencatat lalu mendokumentasikan flora dan fauna yang ada di dalam hutan itu.

Sebagai contoh Desa Nanga Jemah dengan LPHD Nyuai Peningun-nya saat melakukan patroli hutan telah mencatat flora dan fauna tahun 2021. Berikut nama fauna atau satwa yang telah tercatat; Jenis Aves ada Burung Ayah, Burung Hijau, Burung Ilai, Elang, Enggang, Empuluk, Empuluk Kapas Tembak, Empuluk Pantai, Entarak, Entogok, Gagak, Imok, Keciang, Korak, Marui, Murai Batu, Papau, Pelatuk, Rangkong Badak/Tinggang, Ruai, Rui, Sempidan, Tajak, dan Tiung Beo. Jenis Herpetofauna ada biawak, bunglon, dan labi-labi. Sementara jenis Mamalia ada Babi Hutan, Beruang, Kelelawar, Kelempiau, Landak, Monyet Ekor Panjang.

Temuan Tumbuhan

Sementara jenis flora atau tumbuhan tidak kurang 73 jenis tumbuhan ditemukan dan dimasukkan dalam smart patroli. Tumbuhan tersebut di antaranya; Adau, Ara, Asa, Asam Pelanduk, Baung/Meranti, Belaban, Belian, Bengkulat, Berangan, Binsul, Binsul Labuk, Binsul Tembaga, Biyai, Buluh/Meranti, Durian, Empakau Kurak, Engkabang Anyir, Engkabang, Engkabang Rambai, Engkalang Daun, Engkalong, Engkolong Daun, Ginsul, Jambu Monyet, Kayu Ayah, Kayu Ayau, Keladan, Kelansau,  Kempas/Kompas/Tapang, Kepuak, Keranji Asam, Keruing, Kumpang, Kuyung, Lampung, Luai, Majau, Medang, Mempasir, Mengkunyit, Menual, Menuang, Meranti, Meranti Merah, Meranti Putih, Merawan, Merawan Buaya, Merawan Bunga, Merawan Granis, Merawan Piai, Merawan Putin, Merobu, Nibung, Pelaik, Petai, Pinang Kelanau, Piyai/Meranti, Poru, Raba, Semiran, Serian, Sinduk, Sumpak Pinang, Sumpak Pinang Korin, Tapang, Tekam, Tekam Batu, Temau, Tengkawang, Tuai, Ubah, Ubah Lilin.

Itu baru Desa Nanga Jemah. Begitu juga dengan desa lainnya, tim patroli hutannya mencatat flora dan fauna yang ada di hutan desanya. Bukan dicatat di kertas saja, melainkan dimasukkan dalam aplikasi Smart Patrol. Tercatat titik koordinatnya, ciri-cirinya, dan pertumbuhannya.

Semua flora dan fauna itu terdokumentasi dengan jelas. Wujudnya ada, tidak cerita. Di sini membuktikan bahwa patroli hutan itu sangat penting. Itu sebabnya PRCF Indonesia saat melakukan pendampingan atau fasilitator sebuah desa, selalu ada program patroli hutan tersebut. (ros)