Koordinasi intensif dengan KPH Kapuas Hulu Utara dilakukan PRCF Indonesia agar terjalin kerja sama yang baik. KPH adalah lembaga pemerintah yang memiliki wewenang. Sementara PRCF adalah lembaga swasta yang harus tunduk dengan aturan pemerintah.
“Sebagai lembaga swasta yang peduli terhadap konservasi dan lingkungan hidup, kita harus melakukan koordinasi intensif dengan lembaga pemerintah. Salah satunya adalah KPH Kapuas Hulu Utara. Salah satu tugas KPH adalah menyelenggarakan pengelolaan hutan dan misi PRCF sendiri salah satunya konservasi hutan,” kata Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut usai berkoordinasi dengan KPH Kapuas Hulu Utara, Senin (10/8/2020).
Di samping melakukan koordinasi intensif, PRCF juga melaporkan kegiatan pendampingan yang dilakukan di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir. Kegiatan seperti patroli hutan, penguatan kapasitas lembaga LPHD Lauk Bersatu, dan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan, semua dilaporkan.
“Program konservasi di Nanga Lauk sebentar lagi berjalan satu tahun. Segala kekurangan, kendala, dan masalah pasti ada. Semuanya kita evaluasi agar menjadi pelajaran untuk program berikutnya. Kita juga sudah merancang program untuk tahun ke depan,” tambah Imanul didampingi Program Manager PRCF Indonesia, Rio Afiat.
Banyak arahan dan saran dari KPH Kapuas Hulu Utara. Semuanya tentu diperhatikan agar tidak melanggar segala aturan yang ada. Bagaimanapun KPH adalah lembaga pemerintah yang terkait langsung dengan pengelolaan hutan.
Pelatihan Pemandu Wisata
Masih di Putussiba, Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kapuas Hulu menggelar Pelatihan Pemandu Wisata Sejarah dan Warisan Budaya di Aula Deosoli. Pelatihan ini erat kaitannya dengan program ekowisata yang dikembangkan di Nanga Lauk.
“Kita baru saja mendatangkan ahli ekowisata dari EJEF Jawa Timur. Adanya pelatihan pemandu wisata ini seperti gayung bersambut. Dari KUPS Ekowisata Nanga Lauk yang didampingi PRCF mengutus dua perwakilan mengikuti pelatihan tersebut,” kata Specialist Program Livelihoods PRCF Indonesia, Azri Ahmad S Hut.
KUPS Ekowisata mengutus Zeki dan Suhardi. Keduanya telah mengikuti pelatihan pemandu wisata dari East Java Ecotourism Forum (EJEF). Dengan mengikuti pelatihan pemandu wisata yang digelar oleh Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata itu semakin menambah pengetahuan bagi keduanya.
“Semakin banyak pelatihan pemandu wisata tentu semakin baik. Pengetahuan jelas bertambah. Harapan kita, dua pemandu yang diutus KUPS Ekowisata semakin matang dan siap memandu wisata bila ada wisatawan masuk ke Nanga Lauk,” harap Azri (ros)