Imanul huda

Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu terkenal sebagai penghasil madu hutan berkualitas tinggi. PRCF Indonesia sejak tahun 2019 lalu telah mendampingi desa ini dalam pengelolaan hutan desa. LPHD Lauk Bersatu, lembaga yang diberikan wewenang oleh pemerintah desa untuk mengelola hutan tersebut.

Dari LPHD ini berdiri Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Madu Hutan Lestari. KUPS inilah yang mengolah madu hutan menjadi kemasan. Madu dalam bentuk kemasan itu diberi nama “Denala” Madu ini dijual ke pasar secara luas. Bahkan, pernah dipasarkan dalam Mustakil Sanayici ve Isadamlari Dernegi (MUSIAD) Expo 2022 di Istanbul Turki, 2-7 November 2022.

Pada 17 Juni 2024 lalu, Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut juga memperkenalkan Madu Denala itu dalam Slow Food Community di Yogyakarta. Dengan upaya seperti ini, madu yang merupakan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) pasarannya bisa menjadi lebih luas lagi. Wajar apabila bila musim panen madu, permintaan terhadap madu dari Nanga Lauk sangat tinggi.

Perlu diketahui, Desa Nanga Lauk memiliki wilayah mencapai 12.8 ribu hektar. Desa ini dihuni oleh 781 jiwa yang tersebar dalam 233 kepala keluarga. Desa Nanga Lauk dikenal karena potensi sumber daya alamnya yang melimpah, salah satunya adalah madu hutan.

Madu denala
Plang madu hutan asal Nanga Lauk saat dipamerkan dalam acara Slow Food Community di Yogyakarta

Bukan hanya madu hutan, Nanga Lauk juga memiliki kekayaan alam lain seperti ikan, rotan, damar, dan ekowisata. Ikan merupakan salah satu hasil panen yang melimpah saat musim kemarau, dengan produksi mencapai ± 30 ton per tahun. Rotan dan damar juga tersebar luas di Hutan Desa (HD), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Area Penggunaan Lain (APL), dengan damar mencapai 150 ton pada tahun 2022.

Untuk madu hutan menjadi salah satu produk unggulan Desa Nanga Lauk. Madu ini dihasilkan dari wilayah Hutan Desa (HD). Pada tahun 2022, madu hutan dipanen sebanyak tiga kali dengan total produksi mencapai 10-15 ton per tahun. Kualitas madunya juga tinggi.

KUPS Madu Hutan Lestari

Kelompok ini dibentuk pada tahun 2019 dengan kapasitas produksi hingga 15 ton per tahun. KUPS ini mengelola modal sebesar 83 juta rupiah dan memiliki 20 anggota. Sarana pendukung yang dimiliki oleh KUPS termasuk rumah produksi dan alat penurunan kadar air, yang berfungsi untuk menjaga kualitas madu.

Proses produksi madu hutan dimulai dari penurunan kadar air dalam madu untuk memastikan kualitasnya. Setelah itu, madu disimpan dalam rak ruang evaporator sebelum dikemas. KUPS Madu Hutan Lestari sedang dalam proses memperoleh sertifikat halal dan P-IRT, yang akan semakin meningkatkan nilai tambah produk ini. (ros)