Orangutan Muncul lagi di Hutan Desa Nanga Lauk

Orangutan muncul lagi di hutan desan Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Kemunculannya diketahui oleh warga pada 20 Maret 2020 lalu. Munculnya orangutan sebagai indikasi hutan di sekitar Desa Nanga Lauk masih terjaga dengan baik.

Orangutan hewan primata dilindungi. Keberadaannya terancam punah. Hal ini akibat masih maraknya perambahan hutan. Orangutan hewan unik yang DNA nya hampir mendekati kesamaan dengan manusia. Ketika orangutan muncul, tentu menjadi kabar gembira bagi seluruh warga Nanga Lauk.

PRCF Indonesia menjadi pendamping untuk Desa Nanga Lauk mendengar kabar munculnya orangutan merupakan sebuah kegembiraan. Upaya konservasi yang dijalankan selama ini membuktikan hutan di sekitar Nanga Lauk tetap terjaga dengan baik. Orangutan tidak muncul muncul apabila hutan sudah rusak.

“Tentunya kemunculan orangutan menjadi kabar gembira. Sebelumnya, memang pernah muncul orangutan beberapa tahun lalu. Semenjak itu, tidak muncul lagi. Tiba-tiba muncul pada 20 Maret lalu, tentunya sebuah kabar baik,” kata Direktur Eksekutif PRCF Indonesia, Imanul Huda.

Begitu informasi ada primata berbulu itu muncul di hutan, beberapa warga yang tergabung dalam Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Lauk Bersatu langsung menuju lokasi. Mereka menggunakan perahu motor. Saat di lokasi, hanya satu ekor orangutan yang muncul. Hewan berkaki dan tangan dua itu bergelantungan sendiri di pohon tinggi.

Awal ditemukan berada di pinggir sungai. Melihat ada warga datang, hewan berbulu itu lari ke tengah hutan  dan mencari pohon tinggi. Warga berusaha mengikutinya sambil mengabadikan dengan kamera handphone. Saat bergelantungan di pohon tinggi, warga berhasil merekamnya. Sebagai bukti konkret bahwa primata itu datang lagi.

Pertanyaannya, kenapa hanya satu ekor yang muncul? Biasanya orangutan itu berkelompok. Apakah primata itu tersesat atau terpisah dari kelompoknya? Pertanyaan inilah yang sedang diselidiki. Warga berharap, hutan desa atau hutan produksi terbatas di desa mereka bisa menjadi habitat hewan yang suka berkoloni itu.

Rumah Singgah

Di Desa Nanga Lauk ada rumah singgah. Berada di pinggir sungai dan di belakangnya hutan. Rumah tersebut didirikan salah satu tujuannya untuk memantau keberadaan hewan yang konon mirip manusia itu. Sehari-hari tidak ada menempatinya. Kosong. Biasa digunakan tim patroli hutan untuk singgah saat melakukan pengawasan hutan.

Kemunculan hewan terancam punah tersebut menjadikan rumah singgah itu akan digunakan untuk melakukan pemantauan secara intensif.  Hewan berbulu tebal itu tentu menjadi ikon tersendiri buat Nanga Lauk. Selama ini terkenal dengan madu dan ikan air tawar. Adanya hewan dilindungi itu bisa menjadi menjadi ikon baru yang membuat Nanga Lauk semakin terkenal dalam hal konservasi lingkungan. Binatang primata itu juga bisa menjadi daya tarik ekowisata Nanga Lauk. (ros)