Suasana pelatihan smart patrol agar tim patroli hutan selalu melakukan patroli rutin

Patroli rutin menjaga hutan desa dan hutan produksi terbatas. Inilah yang dilakukan tim patroli hutan dari LPHD Lauk Bersatu. Setiap bulan, mereka selalu melakukan patroli rutin memastikan tidak ada kerusakan hutan. Hutan tetap terjaga dengan baik.

“Patroli rutin kita lakukan. Ini merupakan cara terbaik untuk memastikan tidak ada kerusakan hutan desa maupun hutan produksi terbatas. Hutan harus dijaga dengan baik,” kata Specialist Program Conservation PRCF Indonesia, Yadi Purwanto, Sabtu (25/4/2020).

Dijelaskannya, jika dilihat dari tutupan hutan di Desa Nanga Lauk,  hutan desa didominasi oleh hutan rawa sekunder. Ini menjadi habitat ikan air tawar memiliki potensi cukup tinggi bila dimanfaatkan masyarakat setempat. Selain itu, lokasi ini juga menjadi habitat bagi lebah (Apis Dorsata) membuat sarang.

“Hampir semua masyarakat di Desa Nanga Lauk memasang tikung di sela-sela pohon putat. Tentunya untuk dapat memanfaatkan madunya. Madu hutan dari Nanga Lauk diperkirakan 17-20 ton/tahunnya. Ini menjadi sumber pendapatan tahunan bagi masyarakat,” jelas Yadi.

Mengingat potensi hutan desa cukup tinggi, diperlukan upaya untuk memastikan bahwa pengelolaan hutan desa tetap berlanjut. Pengelolaan hutan tanpa ada gangguan maupun ancaman kerusakan. “Oleh karena itu,  dibentuklah satu tim patroli hutan terdiri dari 20 orang yang berfungsi untuk pencegahan dan perlindungan hutan,” kata Yadi.

Selain memantau degradasi maupun deforestasi hutan, tim ini juga memantau keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan desa. Keanekaragaman hayati merupakan salah satu indikator bahwa hutan desa dapat menjadi habitat yang baik untuk satwa maupun tumbuhan.

Penguatan Personel Tim

Cakupan wilayah kerja tim patroli bukan hanya di wilayah hutan desa saja. Wilayahnya mencakup areal hutan produksi terbatas (HPT) dan batas desa. Wilayah ini juga dijaga dikarenakan sebagai areal pendukung ekosistem hutan desa selain itu di dalam kawasan HPT juga memiliki keanekaragaman yang tinggi pula.

Pelaksanaan patroli rutin hutan desa dilakukan oleh 10 orang. Dari 10 ini dibagi dua tim. Setiap timnya terdiri dari lima orang. Dari lima orang ini memiliki peran masing-masing seperti: leader/pemegang HT, pilot, pencatat di tally sheet, pemegang GPS, pemegang Smartphone.

Untuk smartphone telah diinstall aplikasi Cyber Tracker. Bila ketemu satwa, tumbuhan langka, ada hutan terdegradasi maupun terdeforestasi diambil titik koordinatnya. Slanjutnya data akan diolah dengan menggunakan aplikasi Smart Patrol. Laporan akan tersaji dengan tergambarkan lokasi titik temuan, daftar informasi temuan dalam sebuah peta kerja.

“Di sinilah pentingnya patroli rutin. Segala satwa, tanaman langka, ada kerusakan hutan, semua bisa terdokumentasi dengan baik. Untuk itulah, beberapa waktu lalu, kita melatih anggota tim patroli hutan mengikuti pelatihan Smart Patroli di Pontianak,” papar Yadi.

Tujuan dari kegiatan pelatihan SMART Patrol ini adalah:

  1. Meningkatkan pengetahuan tim patroli didalam mengolah data hasil patroli dengan menggunakan aplikasi SMART ) Meningkatkan kemampuan tim patroli dalam pengolahan data (level user), entri data, analisis dan membuat laporan.
  2. Mendesain konfigurasi model berdasarkan informasi terbaru di Desa Nanga Lauk (nama sungai, nama lokasi, nama satwa, etc)

Pelatihan tersebut diikuti delapan orang dari anggota tim patroli hutan desa “Penjaga Rimbak” dari LPHD Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kaupaten Kapuas Hulu. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Laboratorium Komputer SMA 1 Pontianak dan Arboretum Sylva Indonesia PC Untan Pontianak, pada tanggal 17-22 Februari 2020 (6 hari). (ros)