
Pontianak (PRCF) – Yayasan PRCF Indonesia mencoba mengkoneksikan antara petani dengan perusahaan karet. Bagaimana karet yang dihasilkan petani bisa langsung diserap atau dibeli oleh perusahaan tanpa pihak ketiga. Pada Senin atau Selasa (28-29 Oktober 2019) ini PRCF memfasilitasi pelatihan pengolahan karet di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Pesertanya jelas petani karet yang ada di sana.
Berdasarkan rencana, Sabtu (26/10/2019), Azri Achmad S Hut, program specialist fo livelihoods PRCF Indonesia akan berangkat menuju Nanga Lauk. Sebelum ke sana, Azri yang menangani pelatihan tersebut, terlebih dahulu singgah di Kota Sintang. Di sini ia akan mengunjungi depo dari PT New Kalbar Processors. Tujuannya, untuk melakukan koordinasi terkait pelatihan dan rencana penandatangani MoU.
PT New Kalbar Processors termasuk perusahaan karet besar di Provinsi Kalbar. Perusahaan yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gabkindo) ini memiliki cabang di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kalbar, Kalsel, Kalteng, dan Jawa. Perusahaan ini banyak membeli karet dari masyarakat. Dengan reputasi itulah, PRCF menjajaki kerja sama dengan perusahaan itu. PRCF dalam hal ini hanya sebagai fasilitator. Penandatanganan nanti antara Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Lauk Bersatu, lembaga yang didirikan oleh masyarakat Nanga Lauk dengan PT New Kalbar Processors. Apabila terwujud, nanti pihak perusahaan yang akan membeli secara langsung karet dari masyarakat.
Sebelum perusahaan membeli karet dari masyarakat, PRCF Indonesia terlebih dahulu menggelar pelatihan pengolahan karet. Dengan pelatihan tersebut, diharapkan pengolahan karet yang dilakukan masyarakat sesuai dengan standari dari pihak perusahaan. Para petani harus diajarkan bagaimana mengolah karet sesuai keinginan perusahaan yang tentu nanti harganya lebih baik dari saat ini.
Setelah melakukan koordinasi di depo PT New Kalbar Processors di Sintang, Azri terus melakukan perjalanan jauh ke Nanga Lauk Kapuas Hulu. Di sana ini segera melakukan persiapan untuk pelatihan. Hal yang utama mempersiapkan petani yang mau akan diikutsertakan dalam pelatihan tersebut.
“Bila tidaka ada aral melintang, diperkirakan Senin 28 Oktober pelatihan pengolahan karet akan dilaksanakan. Seandainya memang belum siap, kita undur menjadi Selasa 29 Oktober. Pelatihan hanya satu hari. Pemateri direncanakan dari pihak perusahaan. Sementara pesertanya adalah seluruh petani karet di Nanga Lauk,” jelas Azri.
Mempertemukan antara perusahaan karet dengan petani karet untuk kali pertama dilakukan PRCF Indonesia. Harapan utamanya agar pengolahan karet yang dilakukan petani sesuai standar perusahaan. Sementara perusahaan bisa membeli karet dengan harga kompetitif. “Kita berharap, harapan ini bisa terwujud. Kita tunggu saja hasil pelatihannya nanti. Semoga lancar sesuai rencana dan harapan,” harap Azri.
Perkebunan karet di Nanga Lauk ditanam secara swadaya oleh masyarakat. Bisa dikatakan kebun rakyat. Dari mulai menanam, membesarkan, panen, sampai menjual dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Hasilnya diperkirakan sekitar 6 sampai 8 ton per bulan Hasil karet mereka jual ke pengepul di kecamatan. Apabila nanti ada kerja sama dengan perusahaan PT New Kalbar Processors, penjualan tidak lagi ke pengepul atau pihak ketiga, melainkan langsung ke perusahaan. (ros)