Pembangunan Penghidupan Lestari (Sustainable Livelihood Approach) akan diterapkan di Desa Nanga Lauk. Hal ini setelah dua fasilitator PRCF Indonesia, Rio Afiat dan Yadi Purwanto selesai mengikuti pelatihan SLA (Sustainable Livelihood Approach) angkatan ke-3 di Dusun Ngemplak Desa Sumbersuko Kecamatan Wagir Kabupaten Malang Jawa Timur.
“Banyak ilmu kita dapatkan selama pelatihan. Kita juga bisa bertukar pengalaman dengan fasilitator lain. Kita berharap apa yang sudah didapatkan bisa diterapkan di Nanga Lauk,” kata Rio Afiat setelah tiba di Pontianak, Rabu (7/10/2020).
Pelatihan pembangunan penghidupan lestari dilaksanakan 30 September sampai 5 Oktober 2020. Dua fasilitator mengikuti dari awal sampai akhir. Bukan baru kali ini saja PRCF mengirimkan fasilitatornya. Sebelumnya ada juga mengirim fasilitator yakni Azri Ahmad.

Pelatihan itu digelar oleh Dial Foundation. “Kami bersyukur berkesinambungan bisa mengadakan pelatihan ini untuk menciptakan pembangunan penghidupan lestari. Pelatihan SLA (Sustainable Livelihood Approach) ini angkatan ke-3,” terang Pietra Widiadi, Founder Dial Foundation sebagaimana dikutip dari situs bacamalang.com.
Pria yang juga aktif di WWF Indonesia sebagai Policy dan Governance Leader ini menuturkan, kegiatan pelatihan ini untuk penguatan kapasitas pegiat desa dalam menyusun perencanaan desa dengan basis data yang kuat dari desa yang dibangun.
Kelima Kali
Untuk kelima kalinya dalam waktu 3 tahun ini, Dial Foundation yang lebih dikenal dengan Pendopo Kembang Kopi menyelenggarakan pelatihan Pendekatan Penghidupan Lestari (Sustainable Livelihood Approach).
Meski disebut dengan Angkatan ke-3, namun pada dasarnya sudah lima kali dilaksanakan. Dalam angkatan kali ini terdapat 15 peserta berasal dari Papua, Sulawesi, Maluluk, Kalimantan, dan beberapa dari Jawa Timur dan pemuda Desa Sumbersuko.
“Ini merupakan kelas yang sangat mewah dan istimewa,” kata Sugie, Manajer Pendopo Kembang Kopi selalu penanggung jawab.
Dalam kurun waktu tiga tahun tersebut sudah ada sekitar 100-an alumni dan tersebar di seluruh Indonesia. Pelatihan ini dilakukan setiap bulan secara seri, yakni seri 1 dan seri 2, dengan jeda dua bulan.
Pelaku Pembangunan
Pelatihan ini diperuntukkan untuk umum, terutama pegiat pembangunan desa, seperti LSM dan kelompok pendamping desa serta pelaku pembangunan desa. Pelaku pembangunan desa di sini di antaranya seperti BPD atau perangkat desa dan juga tokoh desa yang dapat mewakili kapasitas desa sebagai tim penyusun RPJM Desa.
Umumnya, pada awalnya peserta berkeluh-kesah bahwa masyarakat selalu meminta hasil cepat dan nampak dilihat dengan mata. “Namun setelah pelatihan berlangsung, mereka menjadi bisa menjawab bahwa desa tidak cukup hanya dibangun secara fisik, atau dalam pendekatan ini disebut dengan modal fisik,” terang Maria Purboningrum salah satu fasilitator dalam pelatihan ini.
Empat Modal
Pendekatan penghidupan lestari ini mengulik empat modal lainnya selain modal fisik, yakitu modal alam, sosial, manusia dan dana. Dalam hal ini sering kali setelah dipaparkan bahwa pembangunan desa tidak hanya menekankan hal bersifat kasat mata, tetapi juga dirasa dalam waktu singkat.
Salah satu hal dari kegiatan yang tidak mudah dilihat hasilnya adalah pembangunan manusia. “Modal manusia sebagai bagian dalam pembangunan desa, sering hanya dianggap figuran, namun sebenarnya memiliki peran sangat vital,” papar Pietra Widiadi.
Perubahan Terencana
Pelatihan yang diselenggarakan pada 30 September – 5 Oktober lalu, setidaknya memberikan motivasi kepada peserta, bahwa pembangunan tidak hanya sekadar pembangunan fisik. Mereka melihat selama ini pembangunan yang dilakukan memang kurang luas terkait dengan modal yang lain untuk mencapai pembangunan manusia desa seutuhnya.
Dalam pelatihan ini, peserta dibawa pada pemahaman bahwa pembangunan masyarakat (community development) adalah perubahan yang direncanakan dalam segala aspek kehidupan masyarakat (ekonomi, lingkungan hidup dan sosial budaya).
Hal ini merupakan proses di mana anggota masyarakat bersama-sama dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi menjadi sebuah tantangan bersama.
Community development kadang-kadang sangat jelas, kadang-kadang sebagai sebuah pernyataan tujuan dari pembangunan masyarakat, dan atau cita-cita yang ingin dicapai melalui upaya bersama untuk mencapai kehidupan lebih baik. (ros)
sumber: https://bacamalang.com/07/10/2020/ciptakan-pembangunan-lestari-dial-foundation-gelar-pelatihan-sla/