Imanul Huda sedang mempresentasikan program pendampingan PRCF Indonesia di Desa Nanga Lauk dalam acara Workshop KUPS di Hotel Peninsula Jakarta, 16 Oktober 2019

Pontianak (PRCF) – Pendampingan Yayasan PRCF Indonesia di Desa Nanga Lauk menjadi pembelajaran untuk Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Jasa Lingkungan Wisata Alam Perhutanan Sosial di Indonesia. Hal ini terungkap dalam workshop yang digelar oleh Direktorat Bina Usaha Perhutanan Sosial dan Hutan Adat Kementerian LHK di Hotel Peninsula Jakarta 16 Oktober 2019.

Workshop tersebut bertemakan “Kewirausahaan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Jasa Lingkungan Wisata Alam Perhutanan Sosial”.  Ada sejumlah narasumber dihadirkan. Tentunya mereka yang memiliki pengalaman menjadikan kawasan hutan sebagai objek wisata alam. Salah satu narasumber itu adalah Direktur Eksekutif PRCF Indonesia, Imanul Huda.

“Kita diminta menjadi salah satu narasumber dalam workshop tersebut. Pendampingan di  Nanga Lauk, kita bentangkan di hadapan seluruh peserta. Alhamdulillah, pendampingan yang kita lakukan selama ini akan menjadi pembelajaran bagi KUPS di Indonesia,” kata Direktur Eksekutif Yayasan PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut.

Dijelaskan Imanul, program pendampingan terhadap masyarakat di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu masih sedang berjalan. Masyarakat diajak untuk menjaga dan melestarikan hutan yang ada di desanya. Di samping itu, mereka mendapatkan pemberdayaan dari program PRCF.

Peserta workshop KUPS saat mendengarkan presentasi Imanul Huda

“Kita terus melakukan pemberdayaan. Di antaranya, program ekowisata sungai. Memanfaatkan potensi sungai dan danau di Nanga Lauk menjadi tujuan wisata. Kita juga mengajarkan masyarakat cara pengelohan rotan menjadi produk ekonomi. Kita juga melatih masyarakat agar maksimal dalam perkebunan karet,” papar Imanul.

Selain itu, PRCF Indonesia juga melakukan pendampingan terhadap pencari madu hutan. Mereka dilatih agar bisa menghasilkan madu berkualitas tinggi. Begitu juga dengan hasil sungai berupa ikan. “Kita berdayakan sebaik mungkin agar ikan yang dihasilkan bisa dipasarkan dengan baik,” tambahnya.

PRCF Indonesia juga berhasil memfasilitasi Pemerintahan Desa Nanga Lauk mendirikan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Lauk Bersatu. Seluruh anggota dari lembaga ini asli dari masyarakat Nanga Lauk. Mereka diajarkan cara berorganisasi, termasuklah cara mengelola hutan desa berdasarkan peraturan yang ada.

“Kita juga telah membentuk tim patroli hutan. Bukan sekadar patroli begitu saja. Kita sudah siapkan perangkat yang disebut dengan Smart Patrol. Semua terdokumentasi secara digital setiap patroli yang mereka lakukan. Patroli ini dilakukan secara berkala dengan tujuan memastikan hutan desa tetap terjaga dengan baik,” papar Imanul.

Workshop tersebut digelar oleh Direktorat Bina Usaha Perhutanan Sosial dan Hutan Adat Kementerian LHK. Tujuan digelarnya acara tersebut, untuk melatih peserta KUPS agar memiliki kompetensi kewirausahaan dan bisnis, mampu mendirikan usaha layak dengan memanfaatkan potensi areal perhutanan sosial yang ada di daerahnya. Serta, mengembangkan potensi SDM yang mampu menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya. (ros)