Madu hutan tesso nilo

Apa yang dimaksud pengelolaan madu hutan secara lestari?

Pengelolaan madu hutan secara lestari adalah cara melakukan pengelolaan madu hutan dengan mengutamakan perlindungan lebah madu dan habitatnya, pengolahan dan pengemasan secara lestari. Untuk menjamin keberlanjutan kehidupan lebah madu hutan diperlukan perlindungan pohon sialang sebagai tempat lebah membuat sarang. Kualitas madu sangat tergantung pada tumbuhan yang ada disekitar pohon sialang sebagai sumber pakan atau nektar dari lebah. Jika habitat pohon sialang berada pada tanaman monokultur (sawit maupun akasia) maka kualitas dari madu tersebut akan menurun oleh karena residu pestisida dan herbisida yang diberikan kepada tanaman kebun tersebut. Disamping hal tersebut di atas, pohon sialang tidak dapat hidup sendiri, artinya harus ada kepungan pohon yang lain sebagai pelindung dan menyediakan pakan oleh lebah penghasil madu.

Proses pemanenan dengan hanya mengambil kepala sarang yang berisi madu dan menyisakan madu untuk sumber makanan anak lebah yang ada dalam sarang, juga merupakan hal yang penting dan harus dilakukan oleh petani madu. Hal ini terkait dengan kelangsungan hidup koloni lebah untuk keberlanjutan dan keseimbangan alam. Pengambilan sarang lebah hanya kepada kepala sarang mempersingkat jarak pemanenan yang dulunya diatas lima bulan, sekarang dapat dilakukan dalam waktu tiga bulan sekali.

Dalam prakteknya, hanya sedikit petani madu menerapkan proses panen secara lestari dan beberapa saja yang menerapkan proses pengolahan dan pengemasan yang diperbaharui mengikuti permintaan konsumen yang semakin kritis. Mulai tahun 2009 sampai saat ini,Pendataan oleh WWF-Indonesia di 16 desa di sekitar kawasan hutan Tesso Nilo mencatat sedikitnya 490 pohon Sialang. Setiap pohon rata-rata memiliki 10 – 50 sarang yang dapat penghasilkan madu hutan sebanyak 80 – 500 kg. Sehingga potensi madu hutan yang dapat dihasilkan dari ke-16 desa tersebut berkisar 7.500 – 25.000 kg dalam satu kali masa panen.

Penghasil Madu Hutan

Semakin populernya madu hutan di kalangan masyarakat turut berperan dalam peningkatan pemanfaatan hasil hutan non kayu oleh masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang menjadi sentra penghasil madu hutan terbesar di Riau. Terdapat 22 desa sebagai daerah penghasil madu hutan di sekitar TNTN pengelolaan madu hutan Tesso Nilo mengarah ke pengelolaan lestari. Beberapa hal yang sampai saat ini terus didorong oleh masyarakat dan LSM adalah perlindungan pohon sialang dan kepungannya termasuk cara panen hingga pengemasan yang lebih bersih dan sehat.(bersambung)