Pengurus LPHD

Pengurus LPHD Lauk Bersatu Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kapuas Hulu terbilang berusia muda. Karena masih muda-mudah, Presiden Direktur PRCF Foundation, Dr Luis Fernando Potes Sanchez meminta harus lebih gesit.

“Saat ini pengurus baru itu muda-muda dan baru tiga bulan menjabat. Perlu didampingi dan dibantu. Karena masih muda-muda jadi harus lebih gesit,” pinta Fernando saat melakukan kunjungan ke Desa Nanga Lauk pada 10-11 September 2022 lalu.

Di hadapan pengurus LPHD Lauk Bersatu, pria berkebangsaan Kolombia itu banyak memberikan nasihat. “Mengenai rehabilitas hutan, ini termasuk program proyek. Jadi harus ada dibuat titik koordinat, kalau donor datang nanti, dan audit, kita bisa tunjukkan,” nasihat Fernando.

Di tempat sama, Direktur PRCF Indonesia Imanul Huda, S Hut M Hut ikut memberikan nasihat. “Kita memahami bahwa teman-teman baru bergelut di bidang bisnis. Namun, orang tua kalian sudah berbisnis. Ini modal sudah diberikan, jadi harus lebih cepat pergerakannya, agar bisa terlihat progresnya,” nasihatnya.

Produk rotan
Seorang pengurus LPHD memperlihatkan Eco-polybag yang menjadi salah satu produk dari KUPS rotan.

Nasihat Imanul didasarkan pada KUPS Rotan semestinya memperlihatkan kemajuan. Kenyataannya, bisnis rotan, masih tidak terlihat kemajuannya. Kalau memang tidak maju, bisa disetop mungkin dialihkan ke produk lain.

“Madu, sudah di depan mata, tinggal beli, jual. Namun, kita harus respon dengan lebih cepat permintaan pasar,” ungkap Imanul.

Walaupun demikian, Imanul terus memberikan motivasi kepada seluruh pengurus LPHD maupun KUPS untuk terus bersemangat. Desa Nanga Lauk maju dengan produk unggulannya bukan oleh orang luar, melainkan oleh orang Nanga Lauk sendiri. “Tunjukkan kepada dunia luar bahwa kalian juga bisa dalam mengelola rotan, ikan, madu, karet, maupun ekowisata,” pinta alumni Fakultas Kehutanan Untan ini.

Legalisasi Produk

Mendengarkan masukan dari para petinggi PRCF, Ketua LPHD Lauk Bersatu Hariska S.Hut sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih atas nasihat maupun masukkan dari PRCF yang merupakan lembaga pendamping.

Nguyen Thuy (kiri) dan Hariska, Ketua LPHD Lauk Bersatu, berpose sambil memamerkan hasil produk KUPS rotan.

Hariska menyinggung soal target program. “Target saat ini, ia dan kelompoknya berusaha untuk mempercepat legalitas produk. Tujuannya agar pemasaran bisa lebih meningkat,” kata alumni Fakultas Kehutanan Untan ini.

Hutan desa sudah sangat bagus dan potensi madu, karet, serta ikan, sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Potensi tersebut harus dikembangkan dengan melibatkan stakeholder desa. Sayangnya, dalam pertemuan itu, pemerintah desa maupun mantan pengurus LPHD tidak hadir.

Kunjungan ini dalam rangka kegiatan PRCF Internasional melihat secara langsung program konservasi di Desa Nanga Lauk. Yayasan PRCF Indonesia telah lebur bersama warga Desa Nanga Lauk sejak 2016.

Tiga tahun berjalan, proses pendampingan masyarakat oleh PRCF terus berlanjut atas dukungan pembiayaan jangka panjang dari kompensasi RSPO sejak September 2019.  Program  ini  bernama  Sustainable  Commodities  Conservation  Mechanism (SCCM) atau Mekanisme Konservasi Komoditas Berkelanjutan.

Melalui kemitraan dengan Lestari Capital, Cargill Tropical Palm mengembangkan SCCM untuk mendukung dan melaksanakan program jangka panjang dengan aman dan baik. Ini juga menjadi bagian dari upaya memperkukuh komitmen mereka terhadap pelestarian hutan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat. Sebagai implementor program, PRCF berkomitmen bekerja di Hutan Desa Nanga Lauk (HDNL) bersama LPHD Lauk Bersatu.

HDNL mencakup areal seluas 1.430 hektar terdiri atas hutan rawa gambut, tanah rawa, dan danau. Hutan desa ini mendukung kehidupan sebanyak 757 jiwa penduduk atau 233 kepala keluarga (2022). Kawasan ini telah menjadi sumber mata pencaharian masyarakat melalui berbagai kegiatan. Di antaranya menangkap ikan, bercocok tanam, dan memanen hasil hutan bukan kayu seperti rotan dan madu. (roj/ros)