Rosadi Jamani
Keanekaragaman hayati, atau biodiversitas, merujuk pada kekayaan hayati yang ada di Bumi, mulai dari mikroorganisme hingga tumbuhan dan hewan (Meng et al., 2024). Keberadaannya bukan hanya indah untuk dilihat, tetapi juga memainkan peran vital dalam menjaga keseimbangan alam dan kehidupan manusia (Schulz et al., 2024).
Lebih dari sekadar keindahan visual, keanekaragaman hayati menyediakan berbagai sumber daya alam yang esensial bagi kehidupan manusia (Imantho et al., 2023). Contohnya, berbagai tanaman dan hewan menjadi sumber makanan, bahan baku industri, dan obat-obatan. Hutan dan lautan berperan penting dalam mengatur iklim, menjaga kualitas air, dan mengendalikan hama. Keanekaragaman hayati juga memiliki nilai budaya dan spiritual yang tak ternilai, serta menyediakan berbagai layanan penunjang bagi kehidupan, seperti siklus nutrisi dan pembentukan tanah.
Menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati merupakan tanggung jawab bersama. Kehilangan keanekaragaman hayati dapat membawa dampak fatal bagi keseimbangan alam dan kehidupan manusia (Gallagher et al., 2022). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melakukan berbagai upaya pelestarian, seperti melindungi habitat alami, menerapkan praktik pertanian berkelanjutan, melestarikan spesies, dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Dengan memahami peran penting dan melakukan upaya pelestarian, kita dapat menjaga kekayaan hayati Bumi dan memastikan keberlanjutan hidup di masa depan.
-
Layanan Penyediaan (Provisioning Services)
Keanekaragaman hayati bagaikan harta karun (Oppedisano et al., 2023) yang menyediakan berbagai sumber daya alam esensial bagi kehidupan manusia. Beragam tanaman dan hewan menjadi sumber makanan utama, seperti padi, gandum, sapi, ayam, dan ikan. Kekayaan hayati ini pun menyediakan bahan baku penting bagi industri, seperti kayu, rotan, dan hasil tambang lainnya. Tak hanya itu, hutan dan ekosistem air berperan vital dalam menjaga kualitas dan ketersediaan air bersih (Levine et al., 2016). Bahkan, banyak tanaman dan mikroorganisme menjadi bahan baku obat-obatan tradisional maupun modern yang membantu menjaga kesehatan manusia (Abu & Nyeem, 2021).
Keanekaragaman hayati bagaikan fondasi kehidupan (Agrawal et al., 2024), menyediakan sumber daya alam yang menunjang berbagai aspek kehidupan manusia. Melestarikan kekayaan hayati ini berarti menjaga keberlanjutan hidup dan masa depan umat manusia.
-
Layanan Pengaturan (Regulating Services)
Keanekaragaman hayati bukan hanya sebatas flora dan fauna yang indah, tetapi juga berperan penting dalam mengatur berbagai proses alam yang esensial bagi kehidupan manusia (Pascual et al., 2022). Hutan dan lautan, sebagai bagian dari keanekaragaman hayati, membantu mengatur suhu, curah hujan, dan kadar karbon dioksida di atmosfer, sehingga menjaga keseimbangan iklim. Serangga dan hewan lainnya berperan penting dalam penyerbukan tanaman, yang menunjang produksi pertanian dan ketahanan pangan. Predator alami membantu mengendalikan populasi hama, sehingga mengurangi penggunaan pestisida dan menjaga kelestarian lingkungan. Tak lupa, tanaman air dan mikroorganisme membantu membersihkan air dari polutan, memastikan ketersediaan air bersih yang aman untuk dikonsumsi.
Jelas terlihat bahwa keanekaragaman hayati memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan alam dan kelangsungan hidup manusia (Kumari et al., 2023). Melestarikan kekayaan hayati berarti menjaga sistem penunjang kehidupan di Bumi.
-
Layanan Budaya (Cultural Services)
Keanekaragaman hayati tak hanya memanjakan mata dengan keindahan alamnya, tetapi juga memiliki nilai budaya dan spiritual yang tak ternilai bagi manusia (Workneh, 2023). Keindahan alam, seperti hutan, pantai, dan pegunungan, memberikan inspirasi dan ketenangan bagi jiwa. Kekayaan hayati ini pun menjadi daya tarik wisata alam yang memikat wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
Lebih dari itu, keanekaragaman hayati tertanam erat dalam tradisi dan budaya masyarakat di berbagai daerah (Van Well et al., 2023). Kearifan lokal dan pengetahuan tradisional masyarakat adat tentang kekayaan hayati setempat menjadi warisan budaya yang berharga bagi ilmu pengetahuan.
Melestarikan keanekaragaman hayati berarti menjaga warisan budaya dan tradisi yang tak tergantikan. Upaya pelestarian ini bukan hanya menjaga keindahan alam, tetapi juga melestarikan nilai-nilai budaya dan pengetahuan tradisional yang penting bagi identitas dan kelangsungan hidup manusia.
-
Layanan Penunjang (Supporting Services)
Di balik kekayaan flora dan fauna yang mempesona, keanekaragaman hayati menyediakan berbagai layanan dasar yang esensial bagi kehidupan. Mikroorganisme di tanah bagaikan pahlawan kecil yang membantu menguraikan bahan organik menjadi nutrisi yang dibutuhkan tanaman, menunjang pertumbuhan dan hasil panen. Proses dekomposisi bahan organik dan aktivitas organisme tanah pun membantu pembentukan tanah yang subur, menjadi fondasi bagi kehidupan tanaman dan makhluk hidup lainnya.
Hutan, lautan, dan berbagai ekosistem lainnya bagaikan rumah bagi jutaan spesies flora dan fauna. Keanekaragaman hayati menyediakan habitat yang aman dan ideal bagi berbagai makhluk hidup untuk berkembang biak dan menjalani siklus kehidupan. Tak hanya itu, tumbuhan dan mikroorganisme membantu membersihkan udara dari polutan, memastikan kualitas udara yang bersih dan sehat bagi pernapasan manusia.
Melestarikan keanekaragaman hayati berarti menjaga fondasi kehidupan di Bumi (MIZUTANI, 2001). Upaya pelestarian ini bukan hanya melindungi flora dan fauna, tetapi juga memastikan kelangsungan hidup manusia dan berbagai makhluk hidup lainnya.
Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati bagaikan harta karun yang menopang kehidupan di Bumi. Melestarikan kekayaan hayati ini merupakan tanggung jawab bersama demi masa depan yang berkelanjutan. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan:
- Melindungi habitat alami: Menjaga kelestarian hutan, lautan, dan ekosistem lainnya merupakan langkah krusial dalam melindungi keanekaragaman hayati. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan kawasan lindung, mencegah deforestasi, dan menjaga kesehatan ekosistem.
- Menerapkan praktik pertanian berkelanjutan: Mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia, serta menerapkan rotasi tanaman, dapat membantu menjaga kesehatan tanah dan mengurangi dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati.
- Melestarikan spesies: Melakukan upaya untuk mencegah kepunahan spesies flora dan fauna, seperti program penangkaran, reintroduksi, dan penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal satwa liar, sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat: Mendidik masyarakat tentang pentingnya keanekaragaman hayati dan cara melestarikannya melalui berbagai program edukasi dan kampanye, dapat mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pelestarian.
- Melestarikan keanekaragaman hayati bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga membutuhkan komitmen dari pemerintah, organisasi, dan sektor swasta. Dengan bekerja sama, kita dapat menjaga harta karun Bumi ini untuk generasi sekarang dan masa depan.
Referensi
Abu, M., & Nyeem, B. (2021). Quality control and evaluation of herbal drugs in modern era. International Journal of Research in Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6(1).
Agrawal, M., Hansen, A. V., Colombel, J. F., Jess, T., & Allin, K. H. (2024). Association between early life exposure to agriculture, biodiversity, and green space and risk of inflammatory bowel disease: a population-based cohort study. EClinicalMedicine, 70. https://doi.org/10.1016/j.eclinm.2024.102514
Gallagher, J. H., Zonana, D. M., Broder, E. D., Herner, B. K., & Tinghitella, R. M. (2022). Decoupling of sexual signals and their underlying morphology facilitates rapid phenotypic diversification. In Evolution Letters (Vol. 6, Issue 6). https://doi.org/10.1002/evl3.302
Imantho, H., Bachri, S., Retnowati, I., Tjitrosoedirdjo, S. S., Tjitrosemito, S., Widayanti, S., Rosita, R., Irawan, I., Supriyanto, S., & Hidayat, I. (2023). What a Rich BIOTROP: Development Database Framework of Biodiversity Heritage Collections. BIODIVERS – BIOTROP Science Magazine, 2(2). https://doi.org/10.56060/bdv.2023.2.2.2096
Kumari, N., Thakur, K., Kumar, R., Kumar, S., Mahajan, D., Brar, B., Sharma, D., & Kumar Sharma, A. (2023). Freshwater lakes in the Western Himalayan Region: An analysis of the present situation. Water-Energy Nexus, 6. https://doi.org/10.1016/j.wen.2023.06.002
Levine, N. M., Zhang, K., Longo, M., Baccini, A., Phillips, O. L., Lewis, S. L., Alvarez-Dávila, E., De Andrade, A. C. S., Brienen, R. J. W., Erwin, T. L., Feldpausch, T. R., Mendoza, A. L. M., Vargas, P. N., Prieto, A., Silva-Espejo, J. E., Malhi, Y., & Moorcroft, P. R. (2016). Ecosystem heterogeneity determines the ecological resilience of the Amazon to climate change. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 113(3). https://doi.org/10.1073/pnas.1511344112
Meng, L., Li, S., & Zhang, X. (2024). Exploring biodiversity’s impact on mental well-being through the social-ecological lens: Emphasizing the role of biodiversity characteristics and nature relatedness. Environmental Impact Assessment Review, 105(January), 107454. https://doi.org/10.1016/j.eiar.2024.107454
Mizutani, T. (2001). National Strategy on Biological Diversity. Journal of The Japanese Institute of Landscape Architecture, 64(4). https://doi.org/10.5632/jila.64.303
Oppedisano, F., De Fazio, R., Gugliandolo, E., Crupi, R., Palma, E., Abbas Raza, S. H., Tilocca, B., Merola, C., Piras, C., & Britti, D. (2023). Mediterranean Plants with Antimicrobial Activity against Staphylococcus aureus, a Meta-Analysis for Green Veterinary Pharmacology Applications. Microorganisms, 11(9). https://doi.org/10.3390/microorganisms11092264
Pascual, U., McElwee, P. D., Diamond, S. E., Ngo, H. T., Bai, X., Cheung, W. W. L., Lim, M., Steiner, N., Agard, J., Donatti, C. I., Duarte, C. M., Leemans, R., Managi, S., Pires, A. P. F., Reyes-García, V., Trisos, C., Scholes, R. J., & Pörtner, H. O. (2022). Governing for Transformative Change across the Biodiversity-Climate-Society Nexus. BioScience, 72(7), 684–704. https://doi.org/10.1093/biosci/biac031
Schulz, T., Ohmura, T., Troxler, D., & Lieberherr, E. (2024). Forest clearances, compensatory afforestation and biodiversity offsetting in forests: Balancing flexibility and equivalency in Switzerland. Forest Policy and Economics, 163(April), 103219. https://doi.org/10.1016/j.forpol.2024.103219
Van Well, L., Isayeva, A., Axel Olsson, P., & Hollander, J. (2023). Public perceptions of cultural ecosystem services provided by beach nourishment and eelgrass restoration in southern Sweden. Nordic Journal of Botany, 2023(1). https://doi.org/10.1111/njb.03654
Workneh, T. C. (2023). Rethinking Cultural and Spiritual Values in Biodiversity Conservation among the Konso People of South-Western Ethiopia. Ethiopian Renaissance Journal of Social Sciences and Humanities, 10(1). https://doi.org/10.4314/erjssh.v10i1.1