Praktik agroforestri berupa pembuatan sungkup untuk persemaian bibit pohon

Praktik agroforestri telah dilakukan warga Nanga Lauk yang tergabung dalam LPHD. Praktik agroforestri langsung di dalam hutan desa. Mereka diajarkan cara mencabut anakan pohon, pemindahan bibit ke polybag, persiapan persemaian dan penanaman.

“Kita sudah berikan teori soal agroforestri. Setelah itu, kita praktikan ilmunya. Lokasinya di hutan desa Nanga Lauk itu sendiri,” kata specialist program conservation PRCF Indonesia, Yadi Purwanto, S Hut, Jumat (8/5/2020).

Dijelaskan Yadi, materi agroforestri telah disampaikan di rumah Kepala Bidang Perlindungan dan Rehabilitasi Hutan. Satu hari itu full materi atau teori. Pada hari kedua peserta pelatihan praktik bagaimana membuat persemaian. Dalam praktik kali ini peserta dibagi menjadi tiga tim yakni 1) tim pencari bibit cabutan, 2) mencari tanah untuk bibit, 3) membuat sungkup.

Pada tim pencari bibit cabutan alam ternyata mengalami kesulitan untuk mencari anakan. Hal ini dikarenakan kesulitan mencari pohon indukan penghasil benih/bibit. Ini menjadi masukan bahwa sebelum proses pembuatan persemaian dan mencari anakan diperlukan survey oleh tim kecil. Tugas tim kecil ini nantinya  untuk mencari pohon indukan, lokasi, jarak tempuh dan jenis pohohon indukan yang diinginkan. Diusahakan bibit yang diambil dengan tinggi 20 cm dengan daun sebanyak 4 helai. Jika mengambil bibit terlalu tua tingkat kematian lebih tinggi.

“Bibit yang sudah didapat langsung mendapat perlakuan dengan menutupnya dengan serasah.  Atau dimasukan ke karung lembab agar bibit tidak stress dan kehilangan air. Sebaiknya selama pengangkutan bibit hingga ke lokasi persemaian dalam kondisi lembab,” jelas Yadi.

Selama tim pencari bibit mengumpulkan bibit, tim lain telah menyiapkan tanah dan mengisi polybag. Hal ini diperlukan agar ketika bibit telah datang tidak menunggu lama sehingga bibit bisa langsung ditanam di dalam polybag. Usahkan tanah terisi penuh dalam artian ketika nanti telah diisi tanaman dan dilakukan penyiraman tepi polybag tidak tertutup dan menyulitkan air untuk masuk kedalam tanah di polybag.

Ketika bibit telah sampai di persemaian sebaiknya bibit langsung ditanam. Sebelumnya dibuat lubang dengan menggunakan kayu yang telah diruncingkan. Jikapun terdapat akar bibit yang terlalu panjang sebaiknya digunting dan diukur sepanjang tinggi polybag. Jika menanam bibit dengan akar yang panjang akan menyebabkan akar akan tertekuk. Ini  menyebabkan akar akan membusuk dan menyebabkan bibit akan mati.

Pembuatan Sungkup

Praktik agroforestri berikutnya adalah pembuatan sungkup. Pembuatan sungkup perlu dilakukan untuk menjaga kelembaban bibit. Selain itu menjaga bibit dari gangguan hama. Ada baiknya tiang-tiang rangka sungkup diolesi oli bekas agar tidak ada hewan pengerat seperti tikus, tupai yang bisa merusak pertumbuhan bibit. Sungkup terbuat dari kayu bulat yang mudah diperoleh kemudian ditutup dengan plastik transparan. Setelah sungkup selesai diperlukan pemberian tanda/papan informasi yang berisikan persemaian,tanggal pengumpulan bibit, jumlah bibit dan jenis bibit yang telah dikumpulkan.

Pada praktik kali ini dikumpulkan lima jenis bibit yakni; pohon kayu tahun, Bintangur, Rengas, Kelansau, Cerinak. Setelah selesai mencari bibit, membuat sungkup, mengisi polybag, menanam bibit kedalam polybag, menyusun bibit di dalam sungkup, pemberian informasi semai, semai kemudian disiram untuk memudahkan akar menyerap nutrisi di dalam tanah dan menjaga kelembaban, sebaiknya penyiraman dilakukan pagi dan sore hari dan memantau pertumbuhan dan kesehatan bibit.

Setelah evaluasi mengenai teknik persemaian, fasilitator menunjukan lokasi rehabilitasi kepada trainer yang berasal dari KPH Kapuas Hulu Utara. Lokasi tersebut merupakan lahan kritis bekas lahan terbakar. Kendala yang dihadapi adalah lokasi berupa rawa tergenang. Penanaman diusahakan pada saat tinggi muka air turun. Rencana Rencana persemaian berupa persemaian sementara di mana lokasi persemaian dekat dengan lokasi tanam. Jenis yang akan ditanam merupakan jenis lokal yang sesuai dengan habitat tempat hidupnya seperti; Kayu kawi (Shorea sp), Medang (Litsea sp), Kayu tahun.

Untuk rencana lokasi rehabilitasi lahan di Desa Nanga Lauk berdasarkan hasil analisa tutupan lahan maka diperoleh perkiraan luas lahan kritis seluas 400 ha. Untuk rehabilitasi tahun pertama di lokasi Ujung Danum. (ros)