Pontianak (PRCF) – Kabupaten Kapuas Hulu sudah menjadi cagar biosfer. Dulu disebut kabupaten konservasi. Lalu, meningkat menjadi heart of borneo. Sekarang sudah menjadi cagar biosfer. Ikon utama yang menjadikan daerah kekuasaan AM Nasir ini adalah Taman Nasional Betung Karihun Danau Sentarum.
Luasnya wilayah Kapuas Hulu, demikian juga dengan taman nasional Betung Karihun Danau Sentarum, tidak mungkin satu lembaga mengelolanya. Mesti banyak lembaga ikut bersama-sama menjaga dua aset tak ternilai itu.
Pada Senin, 20 Januari 2020 lalu, Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu mengundang berbagai pihak untuk mengukuhkan Forum Komunikasi Koordinasi Pengelolaan Cagar Biosfer Betung Karihun Danau Sentarum (FKKPCBBKDS). Ada 100 pihak diundang untuk pengukuhan tersebut. Salah satu yang diundang, PRCF Indonesia. Bahkan, PRCF yang memiliki binaan di Desa Nanga Lauk itu menjadi salah satu anggota forum tersebut.
“Kita diundang secara resmi oleh Pemerintahan Kapuas Hulu. Alhamdulillah, kita diikutkan dalam forum komunikasi tersebut. Artinya, PRCF juga memiliki tanggung jawab bersama dengan lembaga lain untuk menjaga Kapuas Hulu menjadi cagar biosfer dunia,” kata perwakilan PRCF Indonesia, Wisnu atau biasa disapa Peyang, Selasa (21/1/2020).
Acara tersebut dihadiri oleh Bupati Kapuas Hulu, AM Nasir. Hadir juga Direktur GIZ SASCI, Per Rasmussen. Kemudian, Direktur Jenderal KSDAE, Wiratno juga hadir. Sebelum dikukuhkan, terlebih dahulu pembacaan Surat Keputusan (SK) Bupati Kapuas Hulu tentang FKKPCBBKDS oleh Kepala Bagian Hukum Setda Kapuas Hulu.
“Dalam SK tersebut, PRCF Indonesia menjadi anggota Bidang Koordinasi Konservasi, Pendidikan Nasional dan Pelatihan. Bagian ini diketuai Bidang Teknis Balai Besar Taman Nasional Betung Karihun dan Danau Sentarum. Tentunya ini sebuah kehormatan buat PRCF,” jelas Wisnu. (ros)