Rapat evaluasi bulanan kembali dilakukan PRCF Indonesia, Kamis (3/2/2022). Rapat evaluasi ini digelar di Kantor PRCF di Pontianak. Fokus rapat membahas program SCCM, TFCA, dan GIZ SASCI+.
Semakin hari keberadaan PRCF semakin besar sering semakin bertambahnya desa binaan atau dampingan. Kalau dulu (tahun 2019), desa binaan PRCF hanya Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kabupaten Kapuas Hulu. Memasuki tahun 2021, desa binaan itu bertambah, yakni Desa Nanga Betung, Nanga Jemah, Sri Wangi dan Tanjung. Belakangan masuk dalam binaan adalah Desa Penepian Raya Kecamatan Jongkong.
Kalau desa yang disebutkan tersebut PRCF menjadi pendamping atau fasilitator dalam pengelolaan hutan desa. Semua desa tersebut memiliki hutan desa yang sudah mendapatkan legalitas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Desa tersebut sudah memiliki Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD). Lembaga inilah menjadi mitra utama PRCF dalam melaksanakan program konservasi hutan desa.
Pertengahan tahun 2021 lalu, PRCF juga mendapatkan kepercayaan dari GIZ untuk melakukan pendampingan program SASCI+ (Sustainability and Value-Added in Agricultural Supply Chains in Indonesia). Program ini melakukan pembelian karet dari para petani karet di sejumlah kecamatan di Kapuas Hulu.

“Semua program tersebut berjalan sesuai dengan rencana. Memang ada kendala atau hambatan di lapangan, namun tidak sampai menghentikan program. Dari kendala atau hambatan itulah kita evaluasi untuk diperbaiki untuk program berikutnya,” kata Direktur PRCF Indonesia, Imanul Huda S Hut M Hut saat memimpin rapat evaluasi bulanan.
Sebagai Tolok Ukur
Dalam rapat evaluasi yang dimoderatori Manajer Administrasi, Suhartian Fajru meminta masing-masing manajer program untuk mempresentasikan capaian selama tahun 2021. Dimulai dari evaluasi Program GIZ SASCI+ disampaikan oleh Azri Ahmad S Hut. Dia menjelaskan banyak petani karet dari sejumlah kecamatan di Kapuas Hulu bergabung dalam program tersebut. Artinya, sebagian besar petani karet menerima, walaupun ada di antaranya yang tidak bersedia bergabung.
Setelah Azri, dilanjutkan presentasi dari Rio Afiat, Manajer Program Program SCCM di Desa Nanga Lauk. Program ini sudah berjalan sejak 2019 dan masih terus berjalan sampai saat ini. Penguatan kelembagaan, konservasi hutan desa, agroforestry, livelihood merupakan program utama. Memang ada beberapa kendala soal masih defisitnya beberapa KUPS dalam hal bisnis. Tentunya ini terus mendapatkan pembinaan.
Giliran Ali Hayat, Manajer Program TFCA Kalimantan Siklus 5. Program ini mulai berjalan awal tahun 2021 lalu di Desa Nanga Jemah, Nanga Betung, Sri Wangi dan Tanjung. Semua berjalan sesuai rencana. Kalaupun ada kekurangan, akan menjadi bahan evaluasi untuk program berikutnya.
“Evaluasi ini juga sebagai tolok ukur untuk melihat segala kemampuan kita sendiri. Kalau ada kekurangan kita perbaiki. Kalau mengalami kemajuan, terus ditingkatkan,” tambah Imanul.(ros)