Reflesi akhir tahun 2021 menjadi hal sangat penting untuk megevaluasi program yang telah dijalankan. Kemudian, memproyeksikan program untuk tahun baru 2022. Sebelumnya telah dijelaskan perihal program pendampingan PRCF Indonesia di Desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh Hilir Kapuas Hilir. Kali ini dipaparkan evaluasi program pendampingan PRCF di empat desa, yakni Desa Nanga Jemah, Nanga Betung, Sri Wangi dan Tanjung. Semuanya masih dalam wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.
Sejak awal tahun 2021, PRCF Indonesia resmi mendampingi Desa Nanga Betung, Nanga Jemah, Sri Wangi dan Tanjung dalam pengelolaan hutan desa. Di samping mendampingi empat desa itu, PRCF Indonesia juga mendampingi sejumlah desa di Kapuas Hulu dalam penjualan karet yang dikenal dengan program GIZ Sasci+.
Program GIZ Sasci+ merupakan program untuk membangun rantai pasok pertanian berkelanjutan yang bebas deforestasi dan terhubung dengan pasar global. Program ini memberikan subsidi harga kepada petani karet. Tidak langsung dijual kepada produsen ban Continental. Tentu harga selalu tinggi melebihi rata-rata tanpa dipengaruhi oleh harga global. Saat ini pekebun karet di Kalimantan Barat belum mendapatkan previllage harga tinggi.
Tentunya dalam implementasinya masih banyak kendala. Semua dievaluasi dalam acara refleksi tersebut. Harapannya jelas segala kendala di lapangan bisa diperbaiki atau ditingkatkan di tahun 2022.
Konservasi Hutan Desa
Pada hari kedua refleksi akhir tahun, giliran dari Tim Lanskap Selatan tampil presentasi. Tim ini mendampingi empat desa sebagaimana disebutkan di atas. Manager Programnya Ali Hayat. Dalam presentasinya, Hayat menjelaskan secara rinci program yang telah dijalankan di empat desa tersebut. Program pendampingan yang dilakukan PRCF Indonesia mendapat dukungan dari TFCA Kalimantan Siklus 5.
Setiap program tentu ada kendala dan hambatan saat di lapangan. Walau demikian, seluruh program yang telah direncanakan terealisasi. Kendala paling besar adalah banjir. Pada tahun 2021 ada beberapa kali banjir melanda sejumlah daerah di Kabupaten Kapuas Hulu. Adanya banjir tersebut sangat menghambat mobilitasi program pendampingan. Beberapa program harus dijadwal ulangan. Namun, kendala tersebut tidak menghentikan program yang telah direncanakan.
Seluruh personel PRCF Indonesia bertekad untuk berbuat lebih baik lagi di tahun baru 2022. Program untuk tahun 2022 telah direncanakan dengan matang. Awal tahun ini, mereka kembali turun ke Kapuas Hulu, melakukan pendampingan dengan semangat dan motivasi baru. (ros)