Sekcam Embaloh Hilir, Awang (mengenakan batik) foto bersama dengan pengurus PRCF Indonesia usai audiensi

Nanga Lauk (PRCF) – Yayasan PRCF Indonesia direncanakan menggelar sosialisasi Sustainable Commodities Conservation Mecanism (SCCM) atau mekanisme pembiayaan inovatif untuk perlindungan dan restorasi hutan di gedung serba guna Desa Nanga Lauk, Jumat (27/9/2019). Sebelum sosialisasi tersebut, PRCF terlebih dahulu melakukan audiensi atau sowan ke Sekretaris Camat (Sekcam) Embaloh Hilir, Kamis (26/9/2019).

“Kita baru saja melakukan kunjungan ke Kecamatan Embaloh Hilir. Di sana kita diterima oleh Sekcam Pak Awang. Kita diterima dengan baik,” kata Immanul Huda S Hut M Hut, Direktur Eksekutif Yayasan PRCF Indonesia usai audiensi, Kamis (26/9/2019).

Dijelaskan Pak Im – sapaannya, pihaknya bertemu Sekcam dalam rangka memberitahukan perihal sosialisasi SCCM untuk masyarakat Nanga Lauk. Semua dijelaskan maksud dan tujuannya. “Pak Sekcam sangat paham dan ikut memberikan dukungan,” ujarnya.

“Belia juga mendukung program konservasi hutan di Nanga Lauk. Hanya saja saat ini sedang masa kekosongan pejabat kepala desa Nanga Lauk. Sehingga koordinasi dari kecamatan agak berkurang. Namun, pihaknya tetap mendukung  sesuai pada aturan yang berlaku,” papar Pak Im.

“Bahkan, kata Pak Sekcam, apabila camat perlu hadir, kami siap. Maksudnya, bila camat diminta untuk hadir dalam acara sosialisasi itu, ia akan usahakan agar Pak Camat hadir. Tanda bahwa pihak kecamatan sangat mendukung acara sosialisasi,” tambah Pak Im didampingi Azri, Rio, dan Yadi.

 

Program konservasi yang dibangun di Nanga Lauk ini melalui sertifikasi plan vivo. Selama 25 tahun dibiayai oleh perusahaan yang tergabung dalam RSPO berupa kompensasi konservasi. Kehadiran PRCF untuk mewujudkan program konservasi tersebut. Ada tiga titik fokus program PRCF di Nanga Lauk, yakni penguatan LPHD, pengembangan hasil hutan bukan kayu, dan patroli serta rehabilitasi. (ros)