Survei rotan dilakukan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Rotan “Karya Murni” ke Desa Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang, 13 September 2020. Di desa inilah sentra pengerajin rotan terkenal di Kalimantan Barat.
“Tujuan survei rotan dan kunjungan ini antara lain menambah jaringan atau mitra dari pemasaran bahan rotan mentah. Kemudian, pengembangan jaringan sesama pengrajin di Kalbar. Juga untuk menambah literatur bagi KUPS Rotan Nanga Lauk dalam menghasilkan produk-produk yang inovatif dan sesuai selera pasar,” kata Syaripudin Ketua KUPS Rotan Karya Murni usai kunjungan, Jumat (18/9/2020).
Survei dan kunjungan ini difasilitasi oleh PRCF Indonesia. Kunjungan pertama dilakukan di Dusun Sungai Take dan Dusun Risau di Desa Jagoi. Kedua dusun ini merupakan penghasil tikar bidai sangat produktif. Hasil kerajinan mereka sudah diekspor ke negeri jiran, Malaysia.
“Sebelum covid, bidai kita sangat laris di Malaysia. Pesanan saya banyaknya dari sana. Tapi semenjak covid memang karena ada pembatasan, penjualan kita agak mandek ke Malaysia, sekarang pembeli lebih ke lokal termasuk Pontianak,” cerita Herry, pengrajin rotan asal Dusun Take.
Menurut Herry, sumber bahan baku diperoleh dari Kalimantan Tengah. “Kami membeli kulit rotan itu ada dua jenis. Kulit saja atau yang masih ada isinya. Kalo rotan bulat kami tidak beli karena perlu tenaga dan waktu lagi untuk membelahnya. Di daerah kami ini bukan penghasil rotan sehingga kami membeli dari luar,” ungkapnya.
Syarifupudin biasa disapa Pak Ujang, Ketua KUPS Rotan Nanga Lauk menawarakan kerja sama penjualan bahan mentah rotan ke Herry. Karena di Nanga Lauk berlimpah dengan bahan baku rotan. Herry menanggapi tawaran tersebut dengan positif. Ia kemudian menyerahkan kartu namanya untuk komunikasi lebih lanjut.
“Kami sangat kekurangan rotan jenis sega. Jika di Nanga Lauk ada, kami sangat berminat. Namun, saat ini karena covid kami belum membeli lagi. Mudah-mudahan setelah covid kerja sama ini bisa kita bangun,” harap Herry.
Pada kesempatan ini, perwakilan dari Galeri Nitik Tenun Ikat Dayak, Suhartian yang juga ikut survei rotan turut menawarkan kerja sama penjualan di Pontianak. Tawaran ini disambut baik oleh Herry. “Di masa pandemi ini tentu semua jalur penjualan sangat kami perlukan. Saya itu kurang ngerti kalo online-online gitu. Jika ada kerja sama tentu itu lebih baik. Kami bisa kirim ke Pontianak menggunakan ekspedisi,” pungkasnya.

Tawaran Menarik
Survei rotan dan kunjungan selanjutnya dilakukan ke Dusun Risau. Kunjungan dilakukan ke Koperasi Kerajinan “Hasta Karya” pimpinan Gunarto. Kerajinan yang dihasilkan masih sama, tikar bidai yang juga diekspor ke Malaysia dan beberapa daerah di Pontianak.
“Kalau kami pak, walaupun sekarang masih covid, Alhamdulillah pesanan selalu ada dan tidak putus. Setiap hari kami selalu bikin tikar dan selalu habis. Bahkan, kami belum selesai saja sudah dibeli orang,” kata Gunarto.
“Saya transmigrasi ke sini tahun 1988 dari Magelang. Sejak itu saya mandiri, ikut beberapa pelatihan sampai akhirnya bisa seperti ini. Dulu kelompok kami ini ramai. Kemudian, masing-masing membuka usaha sendiri dan sekarang tersisa sekitar 4-6 orang, namun masih tetap produktif,” papar Gunarto.
Menurut Pak Gun -panggilan akrabnya- bahwa bahan mentah juga mereka dapatkan dari Kalimantan Tengah, di mana mereka hanya membeli kulit rotan saja tanpa isi. “Jika Nanga Lauk bisa supply kami dengan senang hati akan membeli. Biasanya kami membeli menggunakan satuan bal. Satu bal ada 20 ikat, dan 1 ikat terdiri dari 500 helai kulit rotan sepanjang 2,6 meter,” jelasnya.
Pak Ujang mendengar penjelasan ini berjanji akan mendiskusikan dengan kelompok. “Alat rotan di Nanga Lauk hanya untuk membelah saja, mengeluarkan pitrit. Kalo untuk raut isi hingga sisa kulit, kami perlu mengadakan mesin. Saya diskusikan terlebih dahulu ke kelompok bagaimana dengan tawaran ini,” sambungnya.
Pak Gunarto dan tim survei rotan berdiskusi beserta hasil kerajinan dan bahan bakunya Galeri Nitik Tenun Ikat Dayak, juga tertarik untuk bekerjasama dengan Kerajinan Hasta Karya. “Kita dapat bekerja sama dalam pemasaran, karena galeri fokus dalam pengembangan kerajinan tenun asli Kalbar,” timpal Suhartian. (azr/ros)