Restorasi Gambut
Sumatera memiliki areal gambut terluas di Indonesia yang potensinya mencapai 6.436.649 ha dengan kedalaman dangkal yaitu sekitar 50-100 cm hingga sangat dalam yaitu lebih dari 300 cm. Pembukaan areal dilahan gambut dengan cara membakar mengakibatkan rusaknya ekosistem dan terdegradasinya potensi gambut secara perlahan sehingga ini merupakan sebuah ancaman serius bagi kita. Belum lagi munculnya masalah baru seperti penyakit infeksi saluran pernapasan akut, aktifitas yang terbatas diluar rumah bahkan menggangu penerbangan di beberapa bandara domestik dan Internasional.
Pembukaan areal dilahan gambut menjadi sebuah bencana besar. Bencana itu pula yang menjadi pertimbangan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo untuk menerbitkan Keppres Perpres nomor 1 tahun 2016 bertanggal 6 Januari 2016. Isinya adalah pembentukan Badan Restorasi Gambut (BRG), sebuah lembaga non struktural yang berada dan bertanggung jawab penuh kepada presiden.
Kunjungan dari Berbak Green Prosperity Partnership Jambi
Jambi adalah salah satu wilayah di Sumatera dengan cadangan gambut yang relatif besar, namun terancam oleh berbagai faktor. Kim Janseen (Belanda) dan Ibu Kitri Widaretna yang tergabung dalam Berbak Green Prosperity Partnership yang di dukung oleh MCA Indonesia adalah salah satu praktisi konservasi lahan gambut di wilayah Provinsi Jambi. Perhatiannya pada konservasi gambut memertemukannya pada program Pengelolaan Tengkawang di Nanga Yen yang didampingi oleh PRCF Indonesia (sejak 2012)*. Dengan membawa ide tentang konservasi lahan gambut dengan budidaya pohon tengkawang, Kim dan Kitri datang ke Desa Nanga Yen, Kecamatan Hulu Gurung, Kabupaten Kapuas Hulu pada 20 Juni 2017.
Kedatangan Kim dan Kitri disambut tarian tradisional khas Melayu Desa Nanga Yen. Setelah ramah tamah sejenak dengan staff PRCF dan masyarakat, kedua pemerhati gambut tersebut berdiskusi dengan masyarakat terkait kedatangan mereka berdua ke desa Nanga Yen dalam rangka melakukan studi terkait pengelolaan tengkawang yang harapannya bisa diaplikasikan di daerah restorasi gambut di Jambi yang sedang dinaungi oleh Millennium Challenge Account Indonesia. “Di Jambi kami sedang fokus terhadap program rehabilitasi lahan gambut dan kami sedang mempelajari tentang tempat tumbuh tanaman tengkawang, dengan harapan tengkawang bisa dikembangkan di areal gambut sehingga tutupan lahan gambut dapat kembali sehat dan terjaga dan bisa memberikan dampak bagi masyarakat sekitar” begitu ungkap Kim dengan bahasa inggris yang sudah diterjemahkan oleh ibu Kit.
Pengelolaaan Tengkawang di Nanga Yen
Bapak Imanul Huda, direktur PRCF Indonesia, menjelaskan bahwa saat ini PRCF Indonesia bersama Konsorsium Aliansi Organis Indonesia sedang membangun kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan menggembangkan Hasil Hutan Bukan Kayu*. Desa Nanga Yen dipilih menjadi pusat pengembangan industri tengkawang (Borneo Illipe Nut) dan pertanian secara organik, Desa Sriwangi di Kecamatan Boyan Tanjung menjadi lokasi pusat pengembangan industri bambu. Sedangkan di Desa Tanjung kecamatan Mentebah, sedang dilaksanakan pembangunan pemanfaatan Jasa Lingkungan dengan industri Air Galon. Program-program ini dilaksanakan dengan tujuan besarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
Bapak Hairul Fahmi, tokoh masyarakat Desa Nanga Yen, memaparkan “harapan besarnya adalah tengkawang bisa termanfaatkan secara maksimal sehingga tidak ada lagi masyarakat yang malas memungut tengkawang jika sudah musim raya tiba karena jika ada pabrik harga pun menjadi baik sehingga kelestarian tengkawang dapat terjaga bahkan tumbuhnya kesadaran masyarakat akan tanaman ini dalam menjaga bumi”
Hendra Wisnu, Community Organizer Desa Nanga Yen, mengatakan bahwa adanya pembeli buah tengkawang yang sering datang saat pohon tengkawang berbuah. Mereka membeli buah tengkawang dari daerah gambut juga dan artinya potensi tengkawang di daerah gambut bukanlah hal yang mustahil.
Mereka membeli buah tengkawang dari daerah gambut juga dan artinya potensi tengkawang di daerah gambut bukanlah hal yang mustahil.
Pengembangan tengkawang yang ada di Desa Nanga Yen Nantinya Akan di kelola oleh Koperasi Unyap Bina Usaha dan keuntungannya akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas bisnis tengkawang dan sebagiannya akan digunakan untuk pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh masyarakat sendiri.
*Saat ini PRCF Indonesia bergabung dalam Konsorsium Aliansi Organis Indonesia untuk Program Pengembangan Hutan Desa melalui Pemanfaatan HHBK dan Jasa Ekosistem secara Berkelanjutan di Kabupaten Kapuas Hulu
Penulis: Aloysius Kahariyadi
Editor: Janiarto Paradise