Tempat pembenihan

Tiga tempat persemaian benih di bawah ini mesti disiapkan dengan saksama. Tujuannya agar program permaian benih (nursery) terutama untuk benih pohon yang akan ditanam di lahan kritis. Berikut ini tiga tempat persemaian benih tersebut:

– Bedeng Tabur

Benih yang kecil biasanya disebar di bedeng tabur dibanding menyemai satu per satu dalam pot. Bedeng tabur juga sesuai jika benih cenderung memerlukan waktu lama untuk berkecambah; lebih mudah menyiangi bedeng tabur dibanding pot dan masalah dekomposisi pada campuran isian pot dapat ditunda. Bedeng tabur seringkali dibangun dengan kerangka kayu (perhatian, kayu dari beberapa spesies membusuk sangat cepat). Bagian dasar dari bedeng tabur adalah kerikil atau bahan lain yang dapat mengalirkan secara baik dan media perkecambahan seringkali terdiri dari bahan yang relatif gembur, contohnya pasir yang membuat lebih mudah untuk memindahkan bibit tanpa merusak sistem akar. Untuk spesies hutan lembab, bedeng tabur biasanya ditutupi oleh lembaran politen yang akan menjaga suhu dan kelembaban tinggi di dalam bedeng tabur. Lembaran politen secara sesuai ditempatkan pada kerangka kayu dan dapat dibuka serta dipindahkan, contohnya untuk mencegah kepanasan dan ketika bedeng tabur perlu untuk disiram, disiangi, memindahkan benih yang berkecambah kedalam polytube, menyemai benih baru dsb.

Dibuat dalam bentuk bedengan dengan ukuran 1 m x 4 m, bedeng dibatasi oleh bambu atau papan kayu setebal 20 cm. Media semai diletakkan pada bedengan untuk menyemai/menabur benih Oleh sebab itu bedengan ini bisa juga disebut dengan istilah bedeng tabur. Atap bedeng tabur dapat dibuat dari rumbia agar tidak terkena hujan langsung, sedangkan tiangnya dibuat dari bambu dengan ketinggian sekitar 100 cm. Media penyemaian dimasukkan ke dalam bedeng tabur hingga kedalaman sekitar 10-15 cm. Bedeng tabur digunakan untuk menyemai benih-benih ukuran sedang, seperti: mahoni, sirsak, kayu afrika, gmelina, meranti, karet, cokelat, mindi, kemiri, rambutan, lengkeng, dll.

– Bak Kecambah Plastik

Bak kecambah plastik juga dapat digunakan untuk mengecambahkan benih, khususnya benih-benih berukuran kecil (sengon, suren, meranti, mindi, jati, gaharu, dll.) dan benih halus (jabon, ekaliptus, akasia, dll.). Khusus benih halus, pengecambahan disarankan menggunakan bak kecambah plastik agar pemeliharaan selama proses pengecambahan lebih mudah dikontrol.

Bak kecambah perlu dilubangi bagian bawahnya agar tidak terjadi penggenangan air saat disiram. Untuk menjaga kelembaban media, maka bak kecambah dapat ditutup dengan plastik buram. Selanjutnya bak dapat disusun di dalam rak.

– Bak Kecambah Papan Kayu

Selain menggunakan bahan dari plastik, bak kecambah juga dapat dibuat dari papan kayu. Bak ini dibuat dari papan kayu ukuran : panjang 4 m, lebar 0,8 m, dan tinggi 0,6 m. Pada bagian dasar diisi batu koral/batubatu kecil setebal 5 cm dan bagian atasnya kemudian diisi media kecambah setebal 15 cm. Media kecambah dapat dibuat dari pasir halus atau campuran pasir halus dan arang sekam = 1 : 1. Bak ditutup dengan penutup dimana rangkanya dilapisi plastik buram, dan seluruh bagian dalam bak juga dilapisi plastik buram. Hal ini bertujuan agar kelembaban pada bak tetap tinggi sehingga dapat mempertahankan kondisi kelembaban ruangan dan media kecambah.

Sehubungan dengan kondisi ruangan seperti itu, maka bak kecambah dari papan kayu selain digunakan untuk mengecambahkan benih ukuran kecil (seperti bak tabu), juga dapat digunakan sebagai bak proses perakaran teknik pembibitan stek pucuk, ruang adaptasi semai cabutan alami, dan ruang penyimpanan untuk proses bibit sambungan.

Sumber: Manual Pembuatan Persemaian Dan Pembibitan Tanaman Hutan